Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahmadiyah dan Keganasan Agama, Siapa Yang Salah?

6 Februari 2011   18:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:50 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama yang seharusnya menciptakan kedamaian dan perdamaian, tetapi mengapa masih ada darah yang mengalir?
Sebab amarah dan nafsu lebih dijadikan sebagai agama!

*
Sekali terbukti lagi, agama yang ada belum juga membawa kedamaian dan perdamaian bagi kehidupan.
Pertentangan agama masih saja terjadi, bahkan nyawa tak lagi berharga.

Lagi, umat Ahmadiyah menjadi korban. Entahlah siapa yang salah. Karena saya tidak mengerti sejarah. Tetapi yang saya tahu adalah bahwa membunuh dengan nafsu dan amarah itu perbuatan yang salah.

Sebab saya pernah membaca sejarah, ketika terjadi perang, dimana seorang jenderal besar pasukan Islam telah siap-siap memancung jenderal musuhnya. Namun entah keberanian apa yang dimilikinya, sehingga meludah jenderal pasukan Islam yang hendak memancungnya.

Seketika Sang Jenderal timbul amarah besar karena merasa terhina. Tetapi apa yang terjadi?
Sang Jenderal mengurungkan niatnya untuk menebaskan pedangnya.
Mengapa?

Karena niat membunuhnya kini telah dipenuhi amarah dan benci dan itu baginya adalah kesalahan.

Banyak teladan dalam sejarah telah dicontohkan oleh para nabi dan tokoh. Namun umat beragama sekarang tetap saja mengedepankan nafsu dan amarahnya. Tak heran darah masih terus mengalir dimana-mana atas nama membela agama.

Keangkuhan dan merasa yang paling benar selalu menjadi masalahnya. Kemudian menciptakan ada yang salah dan harus disingkirkan, karena itu dianggap kehendak Tuhan.
Membunuh sesama dengan perasaan bangga dan seakan sebagai pahlawan.

Dimanakah sikap sebagai umat beragama yang seharusnya mengasihi sesama seperti yang diajarkan?
Dimanakah para tokoh agama yang seharusnya bisa menentramkan para umatnya?
Kemanakah pemerintah yang seharusnya dapat bersikap tegas dan tidak membiarkan darah terus mengalir?

Darah telah mengalir dan nyawa telah terenggut. Ada kesedihan, tetapi ada juga yang masih rela bersuka cita karena merasa telah menang.
Amarah dan nafsu masih belum mereda.

Sekali lagi, saya tidak dapat menilai mana yang salah dan yang benar. Lebih baik bertanyalah kepada nurani dalam kesunyian pagi ini.
Apakah hati yang mengasihi atau kebencian yang terjadi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun