Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Tanda-tanda

2 Januari 2022   17:00 Diperbarui: 2 Januari 2022   17:23 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda-tanda alam semesta, gambar diolah dari postwrap 

Saya pikir yang bisa membaca tanda-tanda akan paham apa yang telah  terjadi. Bahwa ada kehilangan  atau dukacita yang sedang saya alami. 

Sayang, tanda-tanda yang ada tak terbaca. Artinya kurang peka. Semua tanda-tanda yang ada (mungkin?) dianggap omong kosong belaka.  

Apa yang terjadi sesungguhnya persis dengan kehidupan ini. Acap kali alam semesta sudah memberikan tanda-tanda akan terjadi suatu hal, tetapi manusia abai. Menganggap sebagai omong kosong saja. Takpeduli. Masih tak merespon bahkan tanda-tanda yang sudah begitu jelas di depan mata. 

Herannya ketika sudah terjadi, malah marah dan bertanya. Mengapa ini terjadi? Padahal tanda-tanda sudah diberikan berulang kali. 

Kita sering kali memang terpaku membaca apa yang terbaca. Abai atau lupa membaca apa yang tidak berwujud dalam kata.

Misalnya sebelum terjadi erupsi pasti alam sudah memberi tanda-tanda berkali-kali. Yang terjadi manusia yang tidak peduli. Seperti yang saya baca, saat Gunung Semeru erupsi sebelumnya sudah memberikan tanda-tanda jauh-jauh hari. 

Seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (6/12/2021), pakar Vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menjelaskan bahwa sejak 90 hari terakhir ada peningkatan kegempaan, itu kurang lebih rata-rata di atas 50 kali per hari. Bahkan ada yang sampai mencapai 100 kali per hari. Ini sebenarnya sudah tanda-tanda, bisa dijadikan prekursor akan terjadinya erupsi yang lebih besar. 

Saya pikir sesungguhnya banyak peristiwa bencana selama ini yang terjadi selalu memberikan tanda-tanda terlebih dahulu. 

Begitu juga kondisi  di sekitar atau dengan kondisi teman kita. Mereka karena keadaan tertentu tidak bisa melalui kata, hanya dengan mencoba memberikan tanda-tanda meminta pertolongan. Sayangnya kita tak pandai membaca penanda itu. 

Tidak heran bila ada tetangga yang hidup sampai kelaparan tidak ada yang peka, sehingga meninggal dunia. Atau teman kita yang harus hidup menahan lapar setiap hari. 

Setelah kejadian baru kita menyalahkan mereka kenapa tidak meminta pertolongan sebelumnya. Padahal masalahnya kita yang tidak pandai membaca tanda-tanda yang sudah  ada. Di sinilah kita yang tidak bercermin untuk menyalahkan diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun