Pagi yang sungguh menyesakkan dada di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Minggu, 10 Juli 2021 di Brasil. Air mata tak kuasa ditahan lagi membasahi pipi. Jutaan pasang mata menyaksikan peristiwa ini dengan berjuta-juta rasa.Â
Neymar da Silva Santos Jnior atau yang lebih dikenal dengan nama Neymar Jr, pemain sepak bola Timnas Brasil kelahiran 5 Februari 1992 merasakan betapa pedih sebuah  kekalahan di partai puncak.Â
Ketika tangga juara tinggal di depan mata. Kekalahan yang seakan tak dipercaya.Â
Impian membawa Tim Samba meraih Copa America yang ke-10 kali menjadi harapan hampa dan berbalas air mata. Â
Beban berat sebagai seorang bintang tak kuasa diemban menghasilkan piala sebagai kebanggaan kepada rakyat Brasil. Di Brasil sepak bola sudah bagaikan agama. Sepak bola adalah segalanya. Tentu Neymar sangat paham hal ini.Â
Kesedihan memang amat sangat dirasakan Neymar, tetapi ia tidak lari dari kenyataan dengan pergi meninggalkan lapangan kala para pemain Argentina bergembira. Ia tidak lantas mengurung diri di kamar nan sepi menangis sejadi-jadinya.Â
Sukacita pemain-pemain Argentina adalah dukacita bagi Neymar. Melihat kegembiraan Messi dkk  semakin mengalirkan air mata. Neymar tidak sungkan menunjukkan kepada dunia. Ia tidak takut mendapat julukan sebagai lelaki cengeng.Â
Neymar, sebagai manusia tentu saja punya perasaan dan  stok air mata. Namun ia tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan dan lupa segalanya.Â
Kala Messi--yang pernah menjadi rekan bermain di Barcelona--dalam sukacita atas raihan Copa America yang pertama, justru Neymar yang hadir memberikan respeknya. Ia berjalan menghampiri Messi dan memeluknya.Â
Saya pikir, justru momen yang hanya berlangsung beberapa saat saja terasa lebih indah daripada laga di lapangan yang berlangsung 90 menit.Â