Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Hidup Sehat

7 Juli 2021   15:30 Diperbarui: 7 Juli 2021   15:40 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: postwrap/katedrarajawen

Apa gunanya hidup sehat pada akhirnya tetap mati juga?

Entah siapa yang mengatakan atau pernah baca di mana. Entah bercanda atau karena kepintaran. 

Tidak salah. Ada kebenarannya. Hidup sehat tidak mungkin membuat  seseorang akan hidup abadi. 

Bahkan ada yang hidup sehat malah mati muda dan yang merokok justru panjang umur. Inilah kehidupan dan soal takdir. 

Namun yang terpenting adalah kita menghargai nilai kehidupan atas tubuh kita dengan cara terbaik. Salah satu pilihannya adalah dengan cara hidup sehat. 

Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Mahatma Gandhi berkata, "Kesehatanlah yang merupakan kekayaan sejati dan bukan kepingan emas dan perak." 

Tentu ini juga sangat benar. Karena berapa banyak pun kepingan  emas dan perak yang dimiliki  tak menjamin kesembuhan ketika kita sakit.

Kekayaan tidak selalu  dapat menyelamatkan kita dari penyakit. Berapa kaya pun kita bila sering sakit lama-lama kekayaan yang ada bisa habis. Namun dengan kesehatan yang selalu terjaga kita bisa mencari kekayaan tiada habis-habis. 

Jadi, tidak salah bila kesehatan merupakan harta yang harus kita jaga dengan suatu harga pula. Walaupun kesehatan takkan bernilai bila waktu kematian tiba.

Saat setiap hari menemani Papa di rumah sakit baru saya menemukan semacam pencerahan. Padahal selama ini juga pernah beberapa kali merawat istri yang sakit. 

Sebelumnya juga pernah menemani Papa dan Mama yang harus opname di rumah sakit. Sekadar menemani saja, tak ada sesuatu yang mengusik isi kepala atau menggugah jiwa. 

Kali ini ada sesuatu yang berbeda dan menggugah rasa. Ada pemelajaran yang sungguh berharga bagi hidup soal kesehatan ini. 

Bayangkan, hanya satu orang yang sakit harus melibatkan banyak orang untuk ikut merasakan sakit. Karena satu orang yang sakit harus menyita begitu banyak waktu, pikiran, perasaan, dan juga pengeluaran. 

Hal ini yang seketika menggugah pikiran dan jiwa agar saya jangan sampai mengalami hal seperti  ini. Berharap kelak tidak sampai membuat anak-anak repot atau repot sendiri gara-gara kondisi kesehatan yang tidak baik. 

Saya sudah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana tak berdayanya di usia tua dengan tubuh yang  sakit. Yang melihat saja tak kuasa menahan air mata. Bagaimana yang mengalami sendiri?

Tak heran bila dalam kondisi seperti ini sering kali rasa putus asa melanda sehingga hadir rasa tersiksa. Betapa muram dunia dan hidup seakan tiada harga. 

Apakah setelah mengalami sendiri terbaring takberdaya di ranjang rumah sakit baru muncul kesadaran untuk menjaga kesehatan? 

Penyesalan memang selalu datang belakangan, yang datang lebih dahulu itu   namanya kesadaran. 

Sayangnya kira lebih memilih menyembunyikan kesadaran, sedangkan penyesalan selalu menjadi pilihan.

Kesehatan memang tidak menjamin seseorang akan hidup abadi, tetapi kesehatan sangat berguna sebagai modal untuk menjalani hidup ini menuju abadi.

@cerminperistiwa 14 Juni 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun