Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman dengan Keluarga yang Terpapar Covid-19

29 Juni 2021   20:33 Diperbarui: 5 Juli 2021   17:04 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: diolah dari postwrap dan cartoonpictures

Oleh sebab itu saya bilang biar saya urus dan istri cukup berdoa  di sana. Semua saya urus dan akan baik-baik saja. 

Sewaktu saya ke  rumah membawa makanan atau vitamin dan menggodok ramuan mereka malah ingin saya cepat-cepat pergi, takut ikut terpapar katanya. 

Di lain tempat, setelah demam beberapa hari, akhirnya ponakan juga dinyatakan positif dan juga harus melakukan isolasi mandiri di apartemen, karena di rumah ada anak umur dua tahunan. Kalau mamanya ada di rumah suka rewel. Jadi, untuk isolasi di rumah terlalu berisiko. 

Sebelumnya adik saya juga mengalami gejala batuk, pilek, dan kehilangan penciuman. Waktu itu  hanya melakukan tes antigen cepat  dan hasilnya masih non reaktif.  Rencana mau Swab-PCR beberapa kali gagal. Karena bimbang, banyak pertimbangan. 

Beruntung setelah melakukan isolasi mandiri dan mengonsumsi vitamin kondisi sudah membaik saat ini. 

Tenang jangan banyak nasihat atau malah menyalahkan

Dari semua pengalaman yang ada bahwa menyikapi kondisi dengan tenang  bila ada keluarga yang terpapar Covid-19  adalah pilihan terbaik. Jangan panik dan grasah-grusuh tak karuan. 

Seperti ketika anak dinyatakan positif, istri menelepon  terus begitu juga saya. Banyak sekali omongannya. Wanti-wanti ini dan itu tiada bosan.

Saya tegaskan, "Yang penting tetap tenang, De."

Anak menjawab yang membuat saya terdiam sejenak. 

"Tadinya Dede udah tenang sebenarnya, Papi dan Mami telepon dan ngomong terus sekarang malah  jadi gak tenang."

Kebanyakan ngomong dan nasihat justru membuat tidak tenang. Lebih baik diam atau bicara seperlunya malah lebih menenangkan. Orang yang sedang sakit lebih membutuhkan perhatian daripada nasihat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun