Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Sekadar Kata-kata "Terima Kasih" dan "Hati-hati"

4 Mei 2018   16:15 Diperbarui: 17 Mei 2020   00:17 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak adalah bagaimana pengajaran dari orangtuanya. Ada orangtua yang peduli ada pula yang tidak peduli dengan etika. 

Ada yang mengajarkan, tetapi tidak peduli bisa atau tidak bisa.

Bisa jadi ada yang peduli, namun lalai mengajarkannya. Bisa jadi pula dirinya malah tak mengerti etika dan tata krama.

Namun pasti ada pula yang mengajarkan anaknya bagai memoles permata.

Saya mengantar seorang anak ke suatu tempat. Terlihat anaknya begitu santun. Kami mengobrol yang ringan-ringan sepanjang perjalanan.

Yang membuat saya takjub adalah ketika sudah sampai tujuan. Anak yang baru berumur sekitar 10 tahun ini dengan sopan mengucapkan,"Terima kasih dan hati-hati ya Om..." 

Kenapa saya katakan takjub dan luar biasa, padahal kata-kata yang diucapkan sederhana?

Walau sederhana, tetapi seperti memiliki kekuatan yang menggetarkan hati dan membuat terharu. Luar biasa, bukan?

Menurut saya, energi kebajikan di balik kata-kata itu yang menggetarkan jiwa. 

Orang boleh mengucapkan kata-kata yang sama, namun yang membedakan adalah energi yang mengiringinya.

Ini juga membuat saya memahami, mengajarkan anak bukan sekadar kata-katanya. Tetapi nilai-nilai kebajikan di balik kata-kata yang terucap jauh lebih penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun