Mohon tunggu...
Katateje
Katateje Mohon Tunggu... Pramusaji - Buruh Harian

Kerja, Nulis, Motret

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang (Bukan Sekedar Memutus Rindu)

10 Februari 2023   01:16 Diperbarui: 10 Februari 2023   01:41 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istriku juga menceritakan, kalau menelepon ibu juga menceritakan kegiatan kedua anak-anakku.Faaz dan Awan selalu banyak kegiatan di kampus. Mereka berdua selalu sehat dan menceritakan prestasi cucunya. Dengan menceritakan cucunya tentang keberhasilannya, istriku juga mengatakan itu berkat doa dari bapak dan ibu.

"Papa...kok diam? Papa tidak apa-apa kan?" ujar May kala aku sibuk dengan buku bacaanku. Aku tahu ia cemas melihatku jika terdiam terlalu lama. Aku merasakan, kalau aku belum bisa membahagiakan istriku, anak-anakku dan bapak ibuku. Di saat itulah, aku sangat merindukan kedua anakku, yang jauh karena menempuh kuliah di Surabaya. Sering aku meneteskan air mata menahan rindu pada anak-anakku, bapak ibuku dan berpikir bagaimana membahagiakan istriku.

"Tak apa-apa Mi, tapi papa kangen," ujarku dengan suara tertahan.

"Kapan-kapan jika ada waktu kita pulang atau nengok anak-anak."

"Mami tidak perlu khawatir," ujarku.

Terkadang saat malam mulai senyap dan istriku tertidur pulas, aku bisa menangis. Karena selama ini akau tidak mampu berbuat banyak dan belum bisa memberikan harapan yang terbaik buat mereka semua. Aku hanya bisa berharap dari segala doa untuk anak-anakku Faaz dan Awan, kelak mereka lebih sukses daripada bapanya ini.

Sebebnarnya bapak ibu cukup bangga dengan aku dan adik-adikku. Dulu pernah dibanggakan sebagai seorang bankir di bank swasta yang cukup terkenal. Adikku seorang guru bersuamikan seorang konsultan yang mumpuni, serta adikku yang terakhir suaminya salah satu pimpinan BUMN di timur Indonesia. Sementara aku? Sampai saat ini belum ada sesuatu yang bisa di banggakan, kecuai dari jerih payah kedua anakku yang punya prestasi di kampusnya.

Terkadang, aku merasa hidup tak lagi seindah dulu. Aku yang hanya seorang penulis freelance karyawan dari resto sebagai penyambung kekuatan otakku agar tidak punah. Sejak kecil, bapak ibuku selalu menanamkan untuk tidak pernah putus asa. Bapak juga selalu berkata, berusahalah sekerasmu namun doa itu yang akan menentukan jalan hidupmu. Jangan pernah merasa tidak adail, tidak berguna. Karena perjalanan yang kau tempuh, hikmah tidak akan datang secara tiba-tiba. Hatiku perih bagai tertusuk duri.

Aku merasakan bapak dan ibu begitu butuh kehadiranku, istriku dan anak-anakku. Kusandarkan tubuh ini sambil menatap foto demi foto yang tersimpan di galeri handphone. Namun, entah kapan aku bisa memeluk bapak dan ibuku. Keraguan, kesepian dan kelemahan yang selalu menyelimuti hari-hariku untuk sekedar pulang. Jika aku rindu bapak ibuku, hanya bisa sekedar memandang fotonya. Di kala aku rindu anak-anakku, itupun hanya bisa memasang story di whatsapp dan instagramku. Tak kuasa aku menahan rindu yang menyergapku.

Lebaran kemarinpun, aku hanya bsa pulang bersama Faaz tidak dengan May istriku dan Awan ankku. Karena waktu itu bersamaan dengan kegiatan Awan yang tidak bisa di tunda. Saat itupun guratan kesedihan terpancar dari wajah bapak dan ibuku, yang menahan rindu untuk bertemu dengan menantu dn cucunya. Foto-foto yang kukirim untuk bapak dan ibu tidak mampu mengobati kerinduannya.

=========

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun