Oleh; Aziz Muslim Haruna
Kabupaten Sampang kini berada di sebuah titik krusial dalam sejarah pembangunannya. Dengan proporsi penduduk usia produktif yang mencapai sekitar 65 hingga 70 persen dari total populasi, daerah ini tengah menikmati apa yang disebut para ekonom sebagai bonus demografi --- sebuah peluang emas yang hanya datang sekali dalam satu generasi.
Secara teori, bonus demografi dapat menjadi landasan percepatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pembangunan berkelanjutan. Namun di sisi lain, bonus demografi juga dapat menjadi kutukan apabila tidak dikelola dengan baik. Tanpa intervensi konkret untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan membuka lapangan kerja produktif, ledakan usia produktif justru akan melahirkan masalah sosial seperti pengangguran massal, kemiskinan struktural, hingga instabilitas politik.
Potret Demografi Sampang: Peluang yang Menanti Diwujudkan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kabupaten Sampang memiliki jumlah penduduk lebih dari 850 ribu jiwa, dengan dominasi penduduk muda berusia 15--64 tahun. Secara alami, ini merupakan kekuatan besar. Populasi usia produktif menjadi mesin utama penggerak ekonomi apabila diarahkan ke sektor-sektor strategis.
Di sisi lain, masyarakat Madura, termasuk Sampang, memiliki karakter budaya kerja keras, pantang menyerah, dan semangat merantau yang tinggi. Dalam konteks bonus demografi, karakter ini merupakan kekuatan penting. Ditambah lagi, sumber daya alam Sampang --- mulai dari hasil pertanian, perikanan, produksi garam, hingga potensi pariwisata budaya --- memberikan landasan yang kokoh untuk menopang pertumbuhan ekonomi berbasis lokal.
Selain kekuatan internal, kondisi eksternal juga menawarkan peluang besar. Pemerintah pusat tengah menggiatkan program nasional seperti pengembangan SDM unggul, digitalisasi ekonomi, serta program-program pemberdayaan masyarakat seperti Kartu Prakerja, Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga bantuan usaha mikro. Jika disinergikan, berbagai program ini dapat mempercepat upaya mewujudkan bonus demografi yang benar-benar produktif.
Kelemahan Struktural: Risiko yang Mengintai
Namun, di balik peluang tersebut, tersimpan sejumlah tantangan berat. Tingkat pendidikan masyarakat Sampang masih relatif rendah. Rata-rata lama sekolah baru mencapai sekitar 5--6 tahun --- setara pendidikan SD kelas akhir. Ini menunjukkan rendahnya kapasitas intelektual dan keterampilan dasar masyarakat dalam menghadapi tuntutan ekonomi modern.
Lebih dari itu, sektor pekerjaan di Sampang masih didominasi oleh pertanian tradisional dan sektor informal. Lapangan kerja di sektor industri, jasa modern, dan teknologi informasi hampir belum berkembang. Kondisi ini diperparah dengan urbanisasi tinggi, di mana banyak pemuda Sampang memilih merantau ke luar daerah karena kurangnya kesempatan kerja lokal yang layak.
Ancaman lain yang tak kalah serius adalah tingginya angka pernikahan usia dini. Banyak remaja perempuan yang menikah sebelum usia 18 tahun, yang bukan hanya memperpendek masa produktif mereka, tapi juga memperbesar risiko kemiskinan antargenerasi. Tanpa intervensi khusus, fenomena ini bisa merusak potensi bonus demografi yang seharusnya menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih sejahtera.