Mohon tunggu...
Eko Dwi Purwanto
Eko Dwi Purwanto Mohon Tunggu... Wiraswasta

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benturan Dua Generasi: Antara Larangan Kekerasan dan Disiplin Sekolah

15 Oktober 2025   22:40 Diperbarui: 16 Oktober 2025   07:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa Perdebatan Ini Terjadi?

Fenomena benturan generasi seperti antara generasi Milenial dan Gen Z dalam menilai tindakan keras di sekolah bisa dijelaskan melalui teori cultur lag (William F. Ogburn, 1922) yang menyebut bahwa perubahan teknologi dan nilai sosial sering bergerak lebih cepat ketimbang perubahan norma budaya. Guru dan generasi lama membawa cara mendidik lama, yang saat itu dianggap wajar dan efektif sedangkan Generasi Z hidup dalam konteks sosial dan teknologi baru yang lebih terbuka,legalistik, dan kritis terhadap hak individu. Sehingga terjadi benturan persepsi satu pihak menganggap tindakan keras adalah bentuk disiplin, pihak lain menilai itu kekerasan. Artikel oleh Brinkman & Brinkman (1997) juga memperluas konsep ini dalam konteks perubahan sosial. Meskipun belum ada penelitian spesifik yang memakai cultural lag untuk konflik guru vs siswa di Indonesia, teori ini cocok untuk membantu memahami ketidaksepahaman nilai yang berkembang. 

Perdebatan yang muncul di media sosial bukan sekedar soal benar dan salah, tetapi transisi sosial antara dua zaman pendidikan yang berbeda. Generasi lama merasa cara keras "membentuk karakter", sedankan generasi baru tumbuh dengan nilai-nilai perlindungan hak anak.

Membangun Ruang Didik Yang Seimbang

Kasus ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal aturan, tetapi juga adaptasi budaya. Sekolah perlumenegakkan aturan larangan merokok dan kekerasan secara bersamaan. Guru perlu dilatih dalam pendekatan disiplin modern, sementara siswa juga harus memahami konsekuensi pelanggaran.

jika dua generasi saling memahami perbedaan cara pandang ini, benturan persepsi bisa diubah menjadi dialog konstruktif. Pada akhirnya, sekolah seharusnya menjadi ruang belajar yang aman bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru untuk tumbuh bersama zaman.

Bagaimana pendapatmu tentang perbedaan cara didik antar generasi ini? Apakah pendekatan keras masih perlu atau sudah saatnya cara baru diterapkan? Silahkan diskusikan di kolom komentar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun