Mohon tunggu...
Muhammad Fahroji
Muhammad Fahroji Mohon Tunggu... Ilmuwan - If my mind can conceive it, and my heart can belive it, then i can achieve it.

Hanya pembelajar yang fakir ilmu. Ingin kenal lebih dekat? mungkin bisa dimulai dengan mengunjungi instagram saya @fhroo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencegah, Menyikapi, dan Mengatasi Ninja di Sebuah Organisasi atau Kepanitiaan

17 September 2020   09:00 Diperbarui: 17 September 2020   12:07 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang terlintas dipikiran anda ketika mendengar atau membaca kata ninja?, apakah sebuah karakter fiksi dari animasi ninja hatori atau naruto, atau mungkin sebuah kendaraan moge. 

Memang tidak salah semua itu, setiap orang punya penafsirannya masing-masing. Apalagi disini saya hanya menanyakan "ninja" tanpa ada keterangan lebih lanjut. Lalu memangnya ninja yang bagaimana sih yang dimaksud?.

Ketika berkecimpung dan masuk ke dalam suatu organisasi dan/atau kepanitiaan, tak jarang mewajibkan kita mengikuti visi dan menjalankan misi yang sudah ditetapkan atau dibicarakan bersama sebelumnya. 

Sehingga, ego masing-masing individu di dalam suatu kepengurusan dalam organisasi tersebut harus bisa saling melebur dan menyatu menjadi ego bersama  atau lebih tepatnya mengutamakan kepentingan dan tujuan bersama dibandingkan ambisi pribadi. 

Namun disini bukan berarti hak individu di tolak/tidak diakui, justru disinilah seninya berorganisasi tentang bagaimana kita membaur dan melebur saling melengkapi tanpa harus saling menyungkur atau menjelekkan satu sama lain. Intinya agar tebentuknya sinergisme yang saling support antar pengurus atau anggota dalam suatu organisasi ataupun dalam kepanitiaan.

Pertanyaannya apakah semudah dan sesimple itu? Tidak  semudah itu Ferguso. Banyak faktor yang akan menghambat proses tersebut, tak jarang yang menghambat justru dari internal kepengurusan tersebut. Dari salah satu atau bahkan lebih anggota/pengurusnya mengalami kemunduran semangat ataupun kinerjanya. 

Hal tersebut disebabkan baik itu karena merasa tidak nyaman selama berproses di organisasi tersebut, muncul rasa tidak percaya diri atau tidak percaya dengan rekan/atasannya, hingga pada akhirnya mereka melupakan "komitmen" yang dia buat untuk masuk ke dalam kepengurusan. 

Tak jarang setelahnya, mereka yang luntur semangatnya, malas, dan lupa akan komitmennya, memilih jalan ninja untuk menjadi NINJA.

Memilih menjadi ninja, adalah opsi yang paling mudah dan menyenangkan bagi segelintir orang yang memang tak tahu diri dan masa bodoh dengan perasaan oranglain "memiliki sifat egoisme yang tinggi". 

Lalu korelasinya apa dengan ninja?, mereka yang seperti itu cenderung memilih untuk seenak udelnya/semaunya sendiri. Mereka seperti avatar, hilang saat masa-masa sulit dan datang saat senang-senangnya saja. 

Mereka seperti makhluk halus, keberadaannya ada tapi "hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mau diajak ngobrol olehnya". Hobinya ghosting bikin rekan-rekannya overthinking hingga negative thinking, berusaha berfikir positif tapi DASARNYA MEMANG NEGATIF GA ADA POSITIF-POSITIFNYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun