Mohon tunggu...
Kasri Podding
Kasri Podding Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor degree of Animal Science, Batch 2017. Departement of Nutrition and Animal Feed. Hasanuddin University. Single Attaracted to🧕

#Alumni Fapet UNHAS #Idola Muhammad SAW. #Natural FEED #POULTRY NUTRITIONS Bersandarlah kepada kedua kalimat syahadat maka kamu akan menemukan jati dirimu dan Tuhanmu "BISMILLAH".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebebasan dalam Pendidikan Milik Semua Makhluk

3 Juni 2022   05:34 Diperbarui: 4 Juni 2022   06:59 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara mengenai pendidikan tentu ada unsur proses dalam mendapatkan ilham cahaya (nur) Ilahi serta adanya koneksi integrasi antara mahluk hidup satu dengan mahluk hidup lainnya. Adanya pendidikan kita dapat mengenal yang namanya sang pencipta karena kenapa? Ayo Kita kembali flashback kisah ketika nenek moyang manusia Nabi Adam a.s diciptakan. 

Mungkin kita semua berpikir dan bertanya dimana sih Adam dapat ilmu sementara pada masa itu hanya dia seorang diri, tentu pertanyaan ini langsung diterangkan dengan runut dan santun dalam kitab suci Tuhan baik injil, taurat maupun Islam pasti membahas bahwa Adam dapat ilmu langsung dari Tuhan pencipta alam semesta ini. artinya apa, ternyata ketika kita memikirkan urgensi dari pendidikan itu adalah nomor satu yang harus dikedepankan. Dengan kita berpendidikan maka kita akan mengetahui Tuhan dan mengetahui hak dan kewajiban kita hidup di dunia ini.

Entah di dunia moderent ini filsafat pendidikan sudah disalah artikan, pendidikan sekarang bukan lagi ajang meningkatkan kualitas manusia (SDM) secara universal tetapi meningkatkan wadah (SDA) (ajang bisnis) dengan mengambil dalih alasan para pemangku-pemangku jabatan yang menikmatinya bukan yang terdidik di dalam wadah itu. Ya emang, kita tidak bisa pungkiri karena zaman dalam praktik formalitas sekarang sudah dipatenkan dan merajalela untuk diperjuangkan. 

Apakah ini wajar? Di dunia ini, Tuhan menciptakan sesuatu pasti ada negatif dan positifnya tetapi yang perlu kita pelajari apakah Tuhan menciptakan sesuatu itu lebih banyak manfaatnya (Positif) atau kemudaratannya (Negatif), jika lebih banyak manfaatnya tetap diperjuangkan tetapi jika mudaratnya lebih banyak harus ditinggalkan karena hal ini bertentangan dengan akal dan jiwa kita yang tidak bisa terkoneksi. Akal digunakan untuk berpikir apakah baik atau benar sedangkan hati yang arif yang mengklarifikasi kebenaran dan keburukan tersebut.

Namun, yang dirasakan di dunia moderen ini tidak selamanya sesuai realita. Melakukan tindakan dan kritikan malah dianggap hal konyol, kurang ajar, melupakan tempat sendiri dan diancam untuk tidak dibantu. Seakan akan dunia kebebasan beretorika berpendapat dan bertindak sudah mati dan terbatasi oleh kekuasaan dan formalitas.

Apakah ini wajar?????. Menurut penulis sendiri ya wajar-wajar aja karena itu hak mereka untuk mengeluarkan tindakan seperti itu karena mereka mahluk berakal tetapi yang perlu disadari adalah mari sama-sama bermuhasabah/introspeksi diri mengenai hal tersebut. Kita flashback kembali kisah Nabi Ibrahim yang menentang ayahnya Azar dan Penguasa pada saat itu karena melakukan praktik yang tidak sesuai dengan hati nurani manusia. 

Namun, perlakuan yang didapatkan oleh Nabi Ibrahim a.s yaitu dibakar hidup-hidup begitu juga para intelektual dan ulama' yang memperjuangkan kebenaran serta yang bertentangan dengan hati nurani (keimanan) yaitu Tan Malaka seorang intelektual yang melakukan kritik dan tindakan tidak ingin mengikuti apa yang diperintahkan kolonial penjajah tetapi perlakukan para kolonial malah mengasingkannya jauh dari Indonesia dengan dalih alasan Tan malaka toksik dalam mengagalka praktik kezoliman, bukan saja Tan malaka tetapi yang berani speak up yaitu Bapak Presiden pertama kita Bapak Soekarno murid dari HOS Tjokroaminoto yang diasingkan karena tindakannya yang memprotes dan menentang perintah penjajah serta mengancam praktik-praktik penjajah pada waktu itu. 

Apkah Cuma Tan malaka dan Bapak Soekarno yang melakukan tindakan itu. Ternyata gerakan para ulama  Nusantara dan Internasional tidak pun diam akan kezoliman itu. Buya Hamka dipenjara karena menentang perintah penjajah dan dikhawatirkan akan menyebarkan kemerdekaan (lahir dan batin), namun hikmah dari hasil pendidikan penjarah itu banyak tulisan yang dihasilkan oleh Buya Hamka yang sampai sekarang dinikmati oleh kaum rasional tidak hanya Buya Hamka yang diperlakukan begitu tetapi banyak seperti Ibn Tamiyah, Imam Syafi'I, dan para intelektual-ulama' lainya. Namun, mereka tidak diam setelah mendapatkan perlakuan yang tidak wajar itu. Mereka bangkit dengan membuat suatu maha karya dan kitab sebagai wujud risalah kemerdekaan hidup baik Batin maupun lahiriyah.

Mungkin bisa saja kita minipu manusia karena ingin meningkatkan popularitas serta melakukan paksaan atas praktik yang dijalankan itu tetapi yang perlu disadari bahwa Tuhan tidak bisa di tipu. Dalam Lauh Mahfudz, Tuhan sudah bahasakan bahwa mereka berencana menipu Allah tetapi sebenarnya merekalah menipu dirinya sendiri. Jadi mari melakukan sesuai hati nurani kita dan sesuai dalam menjalankan praktek kemanusiaan demi peradaban generasi selanjutnya. 

Kata kata mutiara dari Khalifah ke 4 Ali bin Abitholib "Lihat apa yang diucapkan, bukan lihat siapa orangnya" Artinya menilai orang bukan karena dorongan Subjektivisme karena ada kepentingan sehingga mata batin buta dalam melihat kebenaran cahaya tetapi nilailah sesuai objektivisme karena ini akan membuat lebih adil dan unsur Humanisme lebih ditegakkan. Wallahu 'alam Bissawab................................................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun