Dikenal sebagai Kota Seribu Kelenteng, Singkawang ternyata menyimpan potensi desa berupa Kerajinan Batik Singkawang. Tercatat ada tiga desa yang mendapatkan pembinaan pada tahun 2021, yakni Desa Cisadane, Desa Kuale Nelayan, dan Desa Sedau.
Sebagai penggerak ekonominya, Desa Sejahtera Astra (DSA) Singkawang memproduksi produk craft dan kriya dengan produk unggulan kain batik dan produk turunannya.
Batik Singkawang, Inovasi DSA Singkawang
Uniknya, batik Singkawang lahir dari inovasi DSA Singkawang, yakni berasal dari limbah sampah. Mungkin sebagian orang akan mengerutkan dahi saat mendengar hal ini untuk pertama kali. Limbah sampah untuk batik.Â
Masyarakat DSA Singkawang cerdas melihat potensi limbah sampah yang belum digunakan optimal. Limbah sampah seperti tinta cumi, ampas kopi, dan dedaunan yang dikenal memiliki pigmen warna alami kuat ini ternyata bisa dimanfaatkan.
Tinta Cumi
Saat proses pembuatan cumi kering, tinta hitam cumi akan dibuang sebagai limbah. Nah, melalui tangan-tangan kreatif masyarakat DSA Singkawang, tinta yang terbuang ini dimanfaatkan sebagai pewarna hitam alami.
Berdasarkan informasi yang didapatkan, tinta cumi memiliki pigmen warna yang sangat pekat dan sulit hilang jika menempel pada kain. Sifat ini menjadikan tinta cumi dapat digunakan sebagai pewarna hitam alami yang kuat dan stabil pada kain batik.
Ampas Kopi
Biasanya, ampas kopi dibuang sembarangan oleh di warung-warung kopi di Singkawang. Keadaan ini menimbulkan masalah lingkungan.
Masyarakat DSA Singkawang mendapatkan fakta bahwa kopi kaya akan tanin, kafein, dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai pewarna cokelat alami yang pekat dan tahan lama.Â
Mengolah ampas kopi, menjadikan masyarakat DSA Singkawang mendapat pewarna cokelat alami sekaligus mengurangi limbah ampas kopi.Â
Daun Ketapang
Sampah daun ketapang hadir dari daun yang berguguran di perkantoran dan jalanan Singkawang. Dianggap sebagai limbah sampah, ternyata daun ketapang ini dapat diolah menjadi pewarna alami yang ramah lingkungan.Â