Bayangkan betapa pentingnya peran lahan gambut dalam upaya NZE. Bayangkan betapa besar kegagalan pencapaian NZE jika kita tidak mampu melindungi gambut dari kekeringan hingga terbakar. Jika gambut telah kering, gambut akan kehilangan fungsinya dan justru menjadi sumber emisi karbon terus menerus. Karena gambut yang kering tak berbeda dengan kayu kering yang sangat rebtan terbakar.
Persoalannya, akibat kesalahpahaman terhadap tata kelola lahan gambut sebelumnya, menyebabkan sebagian besar lahan gambut menjadi rusak. Sifat gambut tidak dapat kembali seperti sebelumnya jika telah rusak. Karena proses pembentukan gambut membutuhkan waktu berabad-abad.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan restorasi gambut. Restorasi gambut adalah proses panjang untuk memulihkan ekosistem lahan gambut yang terdegradasi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat  yang terkena dampak dari menyusutnya lahan  gambut.
Baca juga : Ngemil Produk Rawang Ikut Kontribusi Selamatkan Gambut Sumsel
Langkah Nyata Ibu-ibu Menyelamatkan Lahan GambutÂ
Perlu upaya nyata untuk memberdayakan masyarakat agar dapat memanfaatkan lahan gambut sebagai sumber berpenghidupan mereka namun tetap merawat kelestarian gambut. Mereka akan bersungguh-sungguh menjaga gambut dari kerusakan jika mereka mendapatkan keuntungan nyata dari sana.
Bulan Mei lalu, dimana pada kalender musim biasanya terjadi puncak musim kemarau. Waktu paling rentan terjadinya kebakaran lahan gambut saya berkesempatan untuk membantu membangun home garden di salah satu desa mandiri peduli gambut, Desa Mandala Jaya,Kecamatan Betara, Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi.
Ya..cukup jauh dari Palembang. Â Sekitar 7 jam perjalanan darat harus saya tempuh mencapai lokasi tersebut. Â
"Ah...ngajarin buayo berenang." saya ngomel dengan diri saya sendiri saat melakukan pendampingan. Karena desa ini memang sudah dikenal sejak pandemi covid 2020 dengan produk jahe merahnya sebagai hasil  ibu-ibu tangguh bahu membahu menjalankan pola pertanian tanpa bakar (PLTB)  dengan memanfaatkan pupuk dan pestisida organik yang mereka produksi sendiri.
Desa dengan komoditas utama pinang dan kopi liberika ini memang memiliki kelompok wanita tani gambut yang memang sangat memahami bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan lahan gambut. Mereka memang telah lama hidup dan berpenghidupan di lahan gambut. Mereka amat sangat menyadari risiko kerusakan gambut bukan hanya akan membahayakan mereka, termasuk ancaman kebakaran gambut yang akan sulit dipadamkan jika sampai terjadi.Â