Tak ada jalan lain, ia harus buang hajat di situ. Toh tak ada yang melihat diantara rerimbunan pohon pisang.Â
Jalan bersemak membuat Surya agak keder. Ia bergumam "amit mbah, putune lewat,
demit ra ndulit setan ra doyan".
Dekat pohon pisang, Surya memelorotkan kolornya. Sambil berdiri dan bersiul ia buang air kecil.Â
Setelah selesai ia menggoyang-goyangkan kepalanya dan pinggulnya. Sial, sekarang malah ia ingin BAB.Â
"Ah, kepalang tanggung, sekalian buang di sini" gumam Surya.Â
Ia bersiul menghilangkan rasa sepi dengan sesekali bersenandung.Â
"Makan apa tadi sampe mules gini" umpat Surya.Â
Saat selesai, Surya baru menyadari kalo ia perlu membersihkan diri. Ia melihat di depannya sepotong kayu yang berlumuran tanah.Â
Ah... Ternyata sepotong tulang.
"Sudahlah kepalang tanggung" omel Surya.Â
Ia menggunakan tulang tadi untuk membersihkan sisa pencernaan yang masih melekat pada bagian belakang tubuhnya itu.Â