Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Pempek, Makanan Asli Nusantara

8 Desember 2018   23:08 Diperbarui: 9 Desember 2018   06:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pempek aneka bentuk dalam 1 resep (Dok.Pribadi)

Minggu lalu celoteh di twit membuat sedikit geli mengenai perdebatan Ali Muchtar Ngabalin dan Sudjiwo Tedjo saat break sebuah acara talkshow, mengenai penyebutan empek-empek
Sebagai orang yang dibesarkan di Palembang, akan tertawa sebab kami tidak pernah menyebutnya empek-empek, tetapi cukup 2 suku kata "Pempek" pun tidak dihidangkan dengan mi seperti di Jakarta atau tempat lain, jika mi yang disiram cuko dengan topping pempek dan lain-lain itu varian lain makanan Palembang, namanya Rujak Mi.

Cukup menjadi bahan tersenyum, dan bersyukur tidak menjadi blunder ke perdebatan yang setiap hari menguras energi. Jika sampai jadi twitwar, entah berapa puluh buah pempek yang akan kami lahap menemani kehebohan twit war.

Karena memang makan pempek di Palembang tidak mengenal waktu, bahkan saat sahur atau berbuka puasa saja kami biasa makan pempek. Membuat pempek dan makan bersama pun sering menjadi agenda kompasianer Palembang seperti cerita kami di sini.

Jika pernah mampir ke Palembang dan melihat dinding  beberapa warung pempek yang menceritakan sejarah pempek di Palembang, kesahihan cerita itu pun belum dapat dipertanggungjawabkan. Bukan menampik kemampuan apek-apek yang mengolah daging ikan dan tapioka serupa dimsum, tetapi cerita tersebut memang masih berdebatan terutama mengenai tahun.

Di kalangan Palembang bingen, pempek disebut kelesan  terutama pempek lenjer. Ada dugaan bahwa pempek atau kelesan adalah makanan asli wong Palembang yang berbudaya bahari sejak satu setengah millenium yang lalu . Saya termasuk yang mempercayai dugaan ini, karena di tengah Lahan Gambut kecamatan Lalan, Musi Banyuasin saja telah ada bukti peradaban prototo Sriwijaya, sehingga dugaan adanya pemanfaatan olahan ikan sungai dan rawa dengan mencampurnya bersama makanan pokok khas Nusantara, sagu. Pohon Sagu adalah tanaman asli Indonesia, jauh lebih dahulu ada ketimbang cassava yang dibawa bangsa Portugis pada abad ke-16.

" Jadi bahan baku pempek bukan dari sagu?", seringkali pertanyaan demikian terlontar.Pohon sagu sekarang terutama di Sumatera Selatan sudah sangat langka, sehingga produksi sagu pun dapat dikatakan tidak ada, sehingga disubtitusi dengan tapioka, yang uniknya di Palembang tetap menyebutnya sagu. Makanan berbentuk bulat panjang ini diyakini sebagai bekal, karena umumnya masyarakat Palembang dan sekitarnya adalah masyarakat pelaut dan pedagang.

Pempek saat ini bukan hanya makanan masyarakat Palembang, bahkan telah menjelajah seluruh Nusantara. Bayangkan 7 ton per hari pempek dari Palembang dikirim ke luar daerah , bahkan 7 ton dalam sebulan diekspor . Angka yang sangat fantastis, karena industri kreatif ini akan melibatkan banyak pihak dan memberikan dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja terutama UMKM.  Diperkirakan ada 4000 UMKM Pempek yang ada di Palembang , hal ini terungkap dalam acara pemecahan rekor muri pembuatan pempek sebanyak  18.818 pempek di Palembang

Hal ini pula yang mendorong pemerintah kota Palembang membantu pengusaha UMKM pempek mengembangkan usahanya, salah satunya dalam manajemen keuangan dan bussiness plan dalam program vocatonal training Bussiness Development Center(BDC) Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sriwijaya Kota Palembang, sebagai salah satu program kotaku (kota tanpa kumuh), ataupun pelatihan-pelatihan mandiri yang dilakukan oleh komunitas-komunitas UKM di Sumatera Selatan, seperti Alisa Khadijah, dll. 

Perkembangan teknologi termasuk sosial media sebenarnya sangat mempengaruhi pengembangan potensi pemasaran pempek UMKM ini. 

Meski bahan dasar pempek sama, hanya campuran tapioka, daging ikan, air dan garam, meski takaran dan cara pengolahan yang membedakan tentunya.

Makanya saya sulit menyebutkan warung pempek mana yang recommended di Palembang, setiap individu punya selera masing-masing, meski terkadang harga, merk, jaminan produk (terdaftar di  MUI, IRT, BPPOM) , bahkan kemasan menjadi pertimbangan tersendiri selain rasa. Oh ya khusunya untuk  yang pernah tinggal di Palembang, memori terhadap rasa pempek yang dijual di tempat tertentu pun tidak tertinggal sebagai pertimbangan memesan atau membeli pempek di Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun