Pesan lagu ini adalah bahwa jatuh cinta tak melulu digambarkan dengan bahasa puitis nan rumit. Justru dengan bahasa sehari-hari, audiens merasa dekat, seperti sedang mendengar curhatan teman sebaya. Itulah yang membuat Alamak cepat viral di TikTok dan media sosial lainnya.
Namun, kritik bisa diarahkan pada formula pop yang terlalu ringan jika dibandingkan dengan karya-karya Rizky sebelumnya. Meski demikian, hal ini tidak mengurangi daya tarik Alamak sebagai karya musik populer yang relevan.
Perpaduan Pop R&B dan Rap Urban
“Can I see you for a minute?
Boleh aku visit, see your mom and dad aku pamit...”
Rizky Febian dikenal dengan gaya pop ballad yang lembut, sementara Adrian Khalif kuat dengan rap urban yang ritmis. Dalam Alamak, keduanya bersatu menciptakan harmoni unik: pop R&B yang catchy dengan rap yang memberi aksen segar. Kolaborasi ini membuktikan musik Indonesia terus berani bereksperimen.
Kolaborasi lintas genre seperti ini memberi ruang bagi audiens untuk menikmati variasi rasa. Lagu cinta yang biasanya identik dengan syahdu, di sini justru dikemas dengan nuansa ceria dan energik. Itu yang membuatnya mudah diterima lintas segmen usia.
Refleksinya jelas: industri musik Tanah Air perlu terus membuka diri pada ragam gaya. Dengan begitu, karya yang lahir tidak hanya sekadar tren sesaat, melainkan bisa menembus batas waktu.
Viral di TikTok, Bukti Kekuatan Media Sosial
Fenomena viralnya Alamak di TikTok membuktikan bahwa media sosial kini menjadi ruang utama penyebaran musik. Sepenggal lirik bisa menjelma jadi tren, lalu menyebar lintas platform digital. Dari sana, popularitas sebuah lagu tak lagi hanya bergantung pada radio atau televisi.
TikTok memberi panggung bagi audiens untuk ikut menciptakan makna melalui konten kreatif mereka. Lirik “Kalau Ada, 9 Nyawa” dipakai dalam ratusan ribu video, dari ekspresi cinta lucu hingga konten parodi. Ini menunjukkan bahwa musik kini juga sebuah dialog dua arah antara musisi dan publik.