Menua Bugar, Menjalani Hidup Sejahtera dengan Bijak
"Tua adalah anugerah, sehat dan bermakna adalah pilihan."
Oleh Karnita
Pendahuluan: Membaca Menua dalam Perspektif Baru
Apakah menua selalu identik dengan rapuh, kesepian, dan kehilangan arti? Pertanyaan ini menghantui banyak orang yang mendekati usia senja, ketika tubuh melemah, lingkungan berubah, dan produktivitas berkurang. Namun, Mifta Novikasari melalui bukunya Menua Bugar dan Sejahtera mencoba memutar balik anggapan itu dengan deskripsi yang cair, inspiratif, dan menggelitik hati.
Buku ini diterbitkan oleh Kompas (2025) sebagai salah satu kontribusi literasi kesehatan yang menghubungkan aspek fisik, mental, dan finansial dalam merancang kehidupan lansia yang sejahtera. Dengan gaya tutur yang sederhana, penulis tidak sekadar menulis teori, tetapi menyusun panduan aplikatif yang membumi.
Penulis ulasan ini tertarik membahas buku tersebut karena relevansinya dengan konteks Indonesia yang kini menuju bonus demografi terbalik: jumlah lansia kian bertambah, sementara sistem sosial dan budaya belum sepenuhnya siap. Di sinilah urgensi buku ini: memberi inspirasi sekaligus kritik tentang bagaimana masyarakat seharusnya memandang proses menua.
Paradigma Menua dengan Bermakna
Isi bab ini mengajak pembaca mengubah cara pandang terhadap penuaan. Mifta menekankan bahwa menua bukan beban, tetapi fase baru dengan peluang berkarya. Dengan penerimaan diri dan rasa syukur, lansia tetap bisa menjaga semangat hidup.
Secara reflektif, bab ini menantang stigma bahwa lansia hanyalah beban keluarga atau negara. Ia mengingatkan bahwa lansia memiliki kebijaksanaan dan nilai hidup yang layak dihargai. Kritik tersirat muncul terhadap budaya modern yang terlalu mengutamakan produktivitas fisik semata.