Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi Ini Sudah Cantik, Tugas Kita Mempercantiknya!

27 September 2025   15:30 Diperbarui: 27 September 2025   15:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lia Putrinda Anggawa Mukti bersama ekowisata Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna. (Lia Putrinda Anggawa Mukti)

Ia punya cara unik: mengajak warga yang awalnya merusak lingkungan untuk ikut menanam dan menjaga mangrove. Lama-lama, warga yang awalnya terpaksa kini menjadi pengawal kawasan. Transformasi perilaku ini menunjukkan bahwa konsistensi dan keteladanan mampu menembus skeptisisme.

CMC Tiga Warna: Dari Gersang Menjadi Hijau

Bersama CMC Tiga Warna, Lia tidak sekadar menghijaukan pesisir, tetapi juga mendidik masyarakat luas . (Lia Putrinda Anggawa Mukti) 
Bersama CMC Tiga Warna, Lia tidak sekadar menghijaukan pesisir, tetapi juga mendidik masyarakat luas . (Lia Putrinda Anggawa Mukti) 

Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna kini menjadi simbol perjuangan Lia. Kawasan ini bukan sekadar menanam mangrove, tetapi juga membangun kesadaran lewat konsep eduwisata. Sistem check list sampah, awalnya ditolak, kini menjadi budaya. Setiap pengunjung belajar bahwa rekreasi dan tanggung jawab lingkungan bisa berjalan bersamaan.

Lebih dari 50 hektar pesisir hijau kembali, biota laut mulai pulih, dan masyarakat merasakan manfaat ekologis sekaligus ekonomi. Prinsip Lia sederhana: tanam, pegang teguh, dan jalani konservasi tanpa tergoda keuntungan sesaat. Filosofi ini menegaskan keselarasan antara manusia dan alam serta tanggung jawab kolektif.

Program Sinau lan Dolanan (Si Dolan) mengajak anak-anak belajar dan bermain dengan alam. Anak-anak belajar sejak dini bahwa konservasi adalah bagian dari hidup. Edukasi ini menegaskan bahwa konservasi bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga warisan karakter dan etika lingkungan.

Perempuan Memayu Hayuning Bawono

Lia Putrinda Anggawa Mukti berupaya mengembangkan kawasan konservasi CMC Tiga Warna menjadi laboratorium hidup.(Lia Putrinda Anggawa Mukti) 
Lia Putrinda Anggawa Mukti berupaya mengembangkan kawasan konservasi CMC Tiga Warna menjadi laboratorium hidup.(Lia Putrinda Anggawa Mukti) 

Bagi Lia, konservasi adalah bagian dari fitrah perempuan. Filosofi memayu hayuning bawono—mempercantik dunia—menjadi panduan hidupnya. Dari sifat merawat yang melekat pada perempuan lahirlah keberanian dan ketekunan dalam menjaga alam.

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menilai perempuan memiliki komitmen jangka panjang yang kuat. Mereka mampu menyebarkan pesan konservasi melalui jaringan informal, mendorong aksi kolektif yang efektif. Lia membuktikan kemampuan ini di lapangan: skeptisisme masyarakat berubah menjadi pengabdian nyata.

Peran perempuan juga menghubungkan konservasi dengan kesejahteraan komunitas. Dari rehabilitasi pesisir hingga penanaman bambu di hulu, Lia menegaskan bahwa pelestarian ekosistem bisa berjalan bersamaan dengan pembangunan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun