Refleksi pentingnya: pemerintah tidak cukup hanya melaporkan jumlah sekolah yang direvitalisasi, tetapi juga memastikan kualitas bangunan terjaga. Transparansi spesifikasi teknis perlu dipublikasikan agar masyarakat tahu apa yang sudah dibangun dengan dana triliunan rupiah.
Jangan Biarkan Pembangunan Molor
Ketepatan waktu menjadi masalah klasik dalam proyek infrastruktur pendidikan. Keterlambatan pengerjaan bisa mengganggu aktivitas belajar siswa, yang terpaksa menumpang di ruang darurat atau belajar bergantian. Kondisi ini justru melemahkan tujuan awal revitalisasi: menciptakan kenyamanan belajar.
Kritik yang perlu ditegaskan adalah lemahnya pengawasan pada kontraktor dan rekanan proyek. Sering kali, alasan cuaca atau kendala teknis dijadikan tameng untuk keterlambatan. Padahal, perencanaan yang matang harus mengantisipasi faktor risiko sejak awal.
Pesannya jelas: setiap proyek revitalisasi harus diawasi agar sesuai dengan jadwal. Pendidikan tidak bisa menunggu, dan anak-anak tidak boleh dirugikan oleh proyek yang molor. Ketepatan waktu adalah bagian dari kualitas layanan publik.
Efek Berganda Perlu Dibaca Lebih Kritis
Tidak dapat dipungkiri, revitalisasi sekolah membawa efek ekonomi bagi daerah. Tenaga kerja lokal terserap, bahan bangunan terjual, dan aktivitas ekonomi bergerak. Namun, jangan sampai efek ekonomi ini menutupi kelemahan dalam pengerjaan. Proyek yang sibuk tapi tidak berkualitas hanyalah ilusi kemajuan.
Masyarakat sering terjebak pada euforia pembangunan fisik tanpa memperhatikan detail pengerjaan. Gedung tampak megah dari luar, tetapi rapuh di dalamnya, tidak akan memberi manfaat jangka panjang. Di sinilah peran pengawasan publik menjadi kunci.
Refleksinya, pembangunan harus memberi efek ganda yang sehat: ekonomi lokal terangkat, dan mutu pendidikan benar-benar meningkat. Tanpa itu, revitalisasi hanya akan menjadi statistik dalam laporan tahunan.
Transparansi dan Akuntabilitas Publik