Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Ada Kayu, Bambu Pun Jadi, Saatnya Potensi Ini Diseriusi!

23 September 2025   14:19 Diperbarui: 23 September 2025   14:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mampu Serap Karbon Dua Kali dari Pohon, Bambu Jadi Masa Depan Industri Hijau Indonesia. Foto: REPUBLIKA/DARMAWAN 

Tak Ada Kayu, Bambu Pun Jadi, Saatnya Potensi Ini Diseriusi!

“Bambu bukan sekadar batang hijau beruas, melainkan cermin keseimbangan antara budaya, ekonomi, dan keberlanjutan.”

Oleh Karnita

Pendahuluan

Apakah kita mau terus bergantung pada kayu, ketika riset BRIN telah membuktikan bahwa bambu memiliki kualitas yang setara lewat laminasi dan pengelolaan hutan bambu lestari? Penelitian menunjukkan bahwa bambu mampu digunakan sebagai bahan baku untuk furnitur, lantai parket, plafon, bahkan konstruksi ringan dengan kekuatan yang memadai. Temuan ini membuka peluang besar bagi pemanfaatan bambu secara lebih masif.

Mengapa topik ini begitu penting untuk kita bicarakan lagi saat ini? Permintaan kayu yang terus meningkat membuat hutan alam semakin tertekan, sementara bambu menawarkan kualitas tak kalah baik dengan kayu melalui teknologi laminasi. Sebagai penulis, saya tertarik mengulas karena isu bambu bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga soal identitas budaya Nusantara dan keberlanjutan ekosistem.

Bagaimana mungkin bangsa dengan 162 jenis bambu justru masih menjadi pemain kecil di pasar global? Padahal data BPS 2022 mencatat produksi bambu mencapai 66,92 juta batang, mayoritas dari Jawa. Di sinilah urgensi membicarakan bambu bukan lagi sebatas wacana, tetapi strategi konkret untuk menjawab krisis kayu, membuka lapangan kerja hijau, sekaligus mengokohkan peran Indonesia di pasar dunia.

1. Bambu Sebagai Solusi Krisis Kayu

Krisis kayu semakin terasa seiring permintaan industri konstruksi dan perabotan yang tak pernah surut. BRIN melalui Budiyanto Dwi Prasetyo menegaskan, bambu dengan teknologi laminasi bisa menghasilkan material kokoh untuk furnitur, plafon, hingga lantai parket. Substitusi kayu dengan bambu bukan hanya solusi teknis, tetapi langkah strategis menjaga hutan alam tetap lestari.

Refleksinya, kita diajak berpikir ulang: mengapa harus terus mengeksploitasi kayu, jika bambu bisa menjawab kebutuhan dengan lebih cepat? Kritik tajam patut diarahkan pada kebijakan yang lamban mengarusutamakan bambu. Pemerintah harus berani memberi insentif bagi industri bambu agar tidak lagi dianggap sekadar bahan bangunan tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun