Soemitronomic menekankan pembangunan berbasis sumber daya nasional, intervensi negara yang terukur, dan keberanian melawan dominasi asing. Dalam konteks hari ini, ia menjadi justifikasi ideologis bagi pergeseran dari IMF ke BRICS.
Namun, gagasan besar selalu diuji di lapangan. Jika berhasil, Soemitronomic bisa menjadi warisan baru dalam sejarah ekonomi Indonesia. Jika gagal, ia hanya akan tercatat sebagai jargon politik yang cepat usang.
5. Pasar, Publik, dan Arah Kapal Besar Bernama Indonesia
Pasar memang selalu reaktif, tetapi publik lebih membutuhkan arah yang pasti. Kapal besar bernama Indonesia tidak boleh terombang-ambing hanya karena ganti nahkoda. Dengan strategi yang jelas, pergantian Menkeu bisa menjadi babak optimisme baru.
Investor yang panik hari ini bisa saja gigit jari besok, karena arah fiskal tidak ditentukan sentimen sesaat. Justru di tengah ketidakpastian global, konsistensi kebijakan nasional adalah jangkar yang paling kuat.
Indonesia kini berada di persimpangan sejarah. Jalan yang dipilih bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga kedaulatan dan keberanian mengambil posisi di antara dua kutub kekuatan dunia.
Penutup
Pergantian Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa bukan sekadar reshuffle kabinet. Ia adalah tanda bahwa Indonesia sedang berani membaca arah angin dunia, dari IMF ke BRICS, dari austerity ke sovereign spending.
"Pemimpin datang dan pergi, tetapi kebijakan yang berpihak pada rakyat adalah warisan sejati," begitu kata pepatah. Kini, saatnya Indonesia membuktikan bahwa keberanian politik bisa berjalan seiring dengan kecerdasan ekonomi. Wallahu a'lam.
Disclaimer: Artikel ini adalah opini penulis, tidak mewakili institusi mana pun, dan ditulis untuk kepentingan edukasi publik.