Namun, pergeseran ini bukan tanpa risiko. Ketergantungan baru bisa muncul, kali ini kepada Cina atau Rusia. Maka, kebijakan fiskal harus tetap waspada: memanfaatkan peluang, tanpa terjerat ketergantungan baru yang justru membatasi.
2. Optimisme Menkeu Baru: Purbaya dan Modal Kebijakan
Purbaya Yudhi Sadewa hadir dengan tiga modal penting. Pertama, disiplin fiskal yang tetap menjaga ruang ekspansi. Kedua, pemahaman stabilitas keuangan yang matang dari pengalamannya di LPS dan Bappenas. Ketiga, keberanian mendorong investasi strategis di sektor energi hijau dan infrastruktur.
Bagi pasar, nama Sri Mulyani adalah brand. Namun, kredibilitas bukan sekadar nama, melainkan konsistensi kebijakan. Purbaya dituntut membuktikan bahwa ia mampu mengayomi pasar dan sekaligus mendukung agenda nasional yang lebih berani.
Optimisme ini perlu ditopang komunikasi publik yang jelas. Sebab, pasar sering kali tidak menunggu bukti, melainkan bereaksi atas sinyal. Menkeu baru harus menjadi juru bicara fiskal yang mampu menenangkan sekaligus meyakinkan.
3. Momentum Kudeta Ekonomi: Dari Austerity ke Sovereign Spending
Penggantian Menkeu bisa dibaca sebagai momentum kudeta ekonomi. Indonesia beralih dari paradigma austerity menuju sovereign spending. Artinya, defisit bukan lagi musuh, melainkan alat untuk membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang.
Ini sejalan dengan kebutuhan besar Indonesia: pangan, energi, dan industrialisasi. Dengan kredit murah dari BRICS+, investasi negara dapat lebih leluasa, tanpa cemas ditegur Washington. Pergeseran ini adalah pilihan strategis untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
Tetapi, perubahan ideologi ekonomi ini harus dikawal. Tanpa pengawasan publik, sovereign spending bisa menjadi ladang baru oligarki. Pelajaran dari masa lalu mengingatkan bahwa ekspansi fiskal besar selalu membawa peluang sekaligus risiko.
4. Soemitronomic: Warisan Pemikiran yang Dihidupkan Kembali
Di balik langkah ini, ada jejak intelektual yang panjang. Soemitro Djojohadikusumo, ayah Presiden Prabowo, sejak lama mengajukan gagasan kemandirian ekonomi. Kini, seolah sejarah berputar dan ide itu hidup kembali dalam bentuk "Soemitronomic."