Seruan Damai Garuda di Tengah Riuh Bangsa
"Sepak bola bukan sekadar permainan, melainkan bahasa universal untuk merajut persaudaraan."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Apa yang bisa menyatukan bangsa di tengah riuh konflik sosial dan politik? Pada Selasa, 2 September 2025, Skor.id memuat berita berjudul “Skuad Garuda Serukan Pesan Perdamaian untuk Indonesia”. Seruan yang datang dari Timnas Indonesia ini bukan sekadar simbol, tetapi suara penting yang lahir dari tokoh publik yang didengar oleh jutaan rakyat.
Di tengah pemberitaan mengenai gelombang aksi protes yang tak jarang berakhir ricuh, kehadiran pesan damai ini terasa seperti angin sejuk. Patrick Kluivert, bersama anak asuhnya, tampil bukan hanya sebagai atlet, tetapi juga duta perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bisa memainkan peran strategis dalam merawat suasana kebangsaan.
Penulis tertarik menyoroti peristiwa ini karena ia hadir di momen krusial. Menjelang laga FIFA Matchday, skuad Garuda memilih memanfaatkan momentum untuk menyerukan persatuan. Dalam konteks saat ini, pesan damai Timnas bukan sekadar retorika, tetapi panggilan moral bagi seluruh elemen masyarakat.
Olahraga dan Pesan Moral yang Menghidupkan
Sepak bola selama ini dikenal sebagai olahraga rakyat, tapi lebih dari itu, ia adalah bahasa emosi kolektif. Ketika Timnas Indonesia berbicara, jutaan telinga siap mendengar dengan antusias. Seruan damai yang dikumandangkan Emil Audero, Jay Idzes, Rizky Ridho, dan kawan-kawan, jelas punya resonansi yang luas.
Pesan sederhana “Indonesia yang tercinta, mari kita saling menjaga” menjadi refleksi atas keresahan sosial yang sedang melanda negeri. Sepak bola, yang biasanya hanya mengusung semangat kompetisi, kini berubah menjadi panggung moral. Hal ini memperlihatkan bahwa olahraga bisa menjelma sebagai kanal pendidikan karakter bangsa.