Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI dan Naturalisasi: Antara Prestasi dan Martabat Bangsa

26 Agustus 2025   21:47 Diperbarui: 26 Agustus 2025   21:47 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DPR Ultimatum PSSI: Stop Naturalisasi bila Indonesia gagal tembus Piala Dunia 2026. (Foto: Infoaceh.net)

PSSI dan Naturalisasi: Antara Prestasi dan Martabat Bangsa

"Prestasi sejati lahir dari fondasi, bukan dari jalan pintas."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Apakah naturalisasi benar-benar jalan pintas menuju kejayaan, atau justru jebakan yang membuat fondasi sepak bola rapuh? Selasa, 26 Agustus 2025, langit Senayan dipenuhi ketegangan saat rapat paripurna DPR RI berlangsung. iNews (26/8/2025) melaporkan dengan judul “DPR RI Ancam PSSI: Kalau Gagal Lolos Piala Dunia, Stop Naturalisasi!” yang menyoroti pernyataan keras anggota Komisi XIII, Arisal Aziz, di tengah derasnya arus proyek naturalisasi PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir.

Situasi ini semakin relevan karena publik menaruh harapan besar pada Timnas Indonesia untuk menembus putaran final Piala Dunia 2026. Program naturalisasi yang semula dipandang sebagai solusi cepat kini dipertanyakan efektivitasnya. Di balik ambisi besar, muncul pertanyaan apakah jalan ini benar-benar membangun kemandirian sepak bola nasional.

Sebagai penulis, saya melihat polemik ini bukan sekadar isu olahraga. Ia menyentuh urat nadi tentang kebanggaan bangsa, kedaulatan, dan masa depan generasi muda. Kritik DPR pun layak dipandang sebagai cermin evaluasi demi memastikan Garuda tidak hanya terbang sesaat, tetapi juga kokoh di angkasa.

Naturalisasi: Solusi Cepat atau Jalan Pintas?

Gelombang naturalisasi yang digencarkan PSSI menimbulkan pertanyaan besar mengenai arah pembangunan sepak bola nasional. Secara praktis, langkah ini memang bisa mendongkrak kualitas tim dalam jangka pendek. Namun, apakah strategi ini sejalan dengan kebutuhan regenerasi dan pembinaan pemain lokal yang berkesinambungan?

Risikonya, Indonesia justru terjebak pada ketergantungan jangka panjang terhadap pemain naturalisasi. Saat energi dikerahkan untuk mencari diaspora berbakat, pembinaan di daerah kerap tidak mendapat prioritas yang sama. Kritik DPR, dalam hal ini, menyoroti dilema antara mengejar prestasi cepat dan menata pondasi jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun