Kritik yang muncul adalah soal bagaimana penghargaan terhadap mereka masih sering kurang sepadan. Tidak jarang, guru di daerah terpencil harus merogoh kocek pribadi demi keberlangsungan mengajar. Jika hal ini terus dibiarkan, program pendidikan akan selalu berjalan pincang.
Refleksi pentingnya, bangsa ini harus belajar memberi penghargaan bukan hanya dengan kata-kata, melainkan dengan kebijakan yang melindungi. Keteguhan para guru adalah cermin ketahanan bangsa, dan tanpanya, masa depan pendidikan akan goyah.
Penutup
Dari fenomena ini, kita belajar bahwa guru adalah pilar keteguhan bangsa. Meski ratusan mengundurkan diri, ribuan lainnya tetap memilih bertahan, sebuah keputusan yang tidak ringan. Inilah bentuk nyata keberanian menghadapi kenyataan, demi murid-murid yang menaruh harapan.
Seperti kata Ki Hadjar Dewantara, "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani." Guru Sekolah Rakyat yang tetap bertahan hari ini adalah teladan sejati. Mereka bukan sekadar pengajar, tetapi pembentuk masa depan.
Disclaimer:Â
Artikel ini ditulis sebagai refleksi analitis berbasis pemberitaan media, bukan representasi resmi lembaga terkait.
Daftar Pustaka:
Kompas.com. (2025, 18 Agustus). 1.326 Guru Sekolah Rakyat Tetap Bertahan di Tengah Gelombang Pengunduran Diri. https://www.kompas.com/
Antara. (2025, 8 Agustus). Pelantikan Guru Sekolah Rakyat di Kementerian Sosial. https://www.antaranews.com/
Pikiran Rakyat. (2025). Kurikulum Sekolah Rakyat Memungkinkan Murid Fleksibel dalam Belajar. https://www.pikiran-rakyat.com/