Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Remaja Rentan Gangguan Mental, Sejatinya Keluarga Jadi Penopang Utama

20 Agustus 2025   18:31 Diperbarui: 20 Agustus 2025   18:31 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kesehatan mental bukan sekadar kondisi, melainkan fondasi kehidupan remaja yang layak diperjuangkan bersama." (dok. Bisnis Style)

Namun realitasnya, masih banyak keluarga yang tidak memahami tanda-tanda gangguan mental. Ada pula sekolah yang justru menambah tekanan dengan sistem kompetisi berlebihan. Akibatnya, remaja terjebak dalam ruang yang seharusnya aman, tetapi malah menimbulkan luka batin. Kondisi inilah yang harus segera direvisi dalam tata kelola pendidikan dan keluarga.

Pesannya jelas: keluarga dan sekolah harus saling bersinergi. Kritiknya, hubungan keduanya masih sering berjalan sendiri-sendiri, tanpa komunikasi yang intens. Refleksinya, membangun jejaring komunikasi antara orang tua, guru, dan tenaga kesehatan adalah langkah krusial.

Masa Depan Generasi dan Tanggung Jawab Kolektif

"Kesehatan mental bukan sekadar kondisi, melainkan fondasi kehidupan remaja yang layak diperjuangkan bersama." (dok. Bisnis Style)

Kesehatan mental remaja bukan isu personal, melainkan tanggung jawab kolektif bangsa. Generasi muda yang sehat mental adalah fondasi Indonesia Emas 2045. Jika masalah ini diabaikan, dampaknya bisa berupa penurunan kualitas sumber daya manusia yang berkepanjangan.

Masyarakat harus menyadari bahwa gangguan mental bukan aib, tetapi kondisi medis yang perlu ditangani. Dukungan dari lingkungan sosial, media, dan kebijakan publik akan sangat menentukan. Saat stigma terhapus, remaja akan lebih berani mencari bantuan. Langkah inilah yang akan melahirkan masyarakat yang sehat, tangguh, dan produktif.

Pesannya, masa depan bangsa ditentukan oleh keberanian kita menghadapi isu mental health secara terbuka. Kritiknya, kebijakan publik sering lebih fokus pada infrastruktur fisik ketimbang kesehatan jiwa. Refleksinya, saatnya bangsa ini berinvestasi dalam kesehatan mental sebagai bagian dari pembangunan nasional.

Penutup

Kesehatan mental remaja adalah isu yang tak boleh ditunda penanganannya. Data WHO dan IDAI sudah memberi peringatan bahwa generasi muda kita tengah berada di persimpangan rentan. Dukungan keluarga, sekolah, dan kebijakan publik menjadi tiga pilar yang saling terkait. Jika salah satunya runtuh, remaja akan menghadapi risiko lebih besar.

Seperti dikatakan Dr. Piprim, “Problem remaja yang seperti ini butuh dukungan keluarganya yang solid dan lingkungan.” Pernyataan ini menggambarkan bahwa kesehatan mental bukan sekadar soal klinis, melainkan soal relasi sosial yang sehat. Maka, membicarakan isu ini adalah bagian dari membicarakan masa depan bangsa. Wallahu a'lam

Disclaimer: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun