Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panen Air Hujan, Langkah Sederhana Cegah Krisis Air Bersih

16 Agustus 2025   06:50 Diperbarui: 16 Agustus 2025   06:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Setiap tetes hujan adalah anugerah; memanennya adalah wujud syukur sekaligus investasi untuk masa depan." (Meta AI)

Panen Air Hujan, Langkah Sederhana Cegah Krisis Air Bersih

"Setiap tetes hujan adalah anugerah; memanennya adalah wujud syukur sekaligus investasi untuk masa depan."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Hujan turun dengan irama lembut sebelum perlahan menjadi deras, membentuk tirai air yang menari di udara. Dari ujung talang, alirannya menderas dan jatuh ke dalam wadah besar, mencipta bunyi gemericik yang menenangkan. Dalam suasana seperti inilah, tulisan Akbar Pitopang berjudul "Menolak Krisis Air Bersih Ajari Panen Air Hujan Sejak Dini", dimuat di Kompasiana pada 16 Agustus 2025, mengajak kita memandang air hujan bukan sekadar limpahan cuaca, melainkan anugerah yang patut disimpan dan dimanfaatkan demi menghadapi krisis air bersih.

Tulisan Akbar terasa relevan di tengah peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia yang juga menjadi momentum refleksi kemandirian sumber daya. Di tengah realitas cadangan air tanah yang kian menipis, pesan untuk memanen air hujan menjadi ajakan praktis yang dapat diterapkan dari rumah hingga sekolah. Artikel ini tidak hanya mengulas masalah, tetapi juga memberi arah aksi nyata.

Saya tertarik karena gagasan ini menyentuh isu global yang terhubung erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-6 tentang air bersih dan sanitasi. Panen air hujan bukan sekadar solusi teknis, tetapi langkah membangun budaya hemat dan tanggung jawab lingkungan. Urgensinya kian terasa, terutama di kota besar yang rawan kekeringan dan di desa yang bergantung pada musim.

1. Krisis Air Bersih: Fakta yang Tak Bisa Diabaikan

Data UNICEF 2022 menyebut 2,2 miliar orang di dunia belum memiliki akses layak terhadap air bersih. Angka ini menjadi alarm bahwa air, sumber kehidupan utama, sedang berada di titik rawan. Ironisnya, Indonesia yang berlimpah curah hujan justru kerap membiarkan potensi air hujan mengalir sia-sia.

Tulisan Akbar menggarisbawahi bahwa masalah ini bukan hanya urusan negara, melainkan tanggung jawab bersama. Ia mengajak masyarakat memandang air hujan bukan sekadar fenomena alam, tetapi sumber daya yang bisa dikelola dengan bijak. Melalui contoh sederhana, ia menunjukkan bahwa panen air hujan dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa teknologi mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun