Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panen Air Hujan, Langkah Sederhana Cegah Krisis Air Bersih

16 Agustus 2025   06:50 Diperbarui: 16 Agustus 2025   06:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Setiap tetes hujan adalah anugerah; memanennya adalah wujud syukur sekaligus investasi untuk masa depan." (Meta AI)

Refleksinya mengingatkan kita bahwa mengabaikan air hujan sama dengan membuang peluang menyelamatkan masa depan. Dalam konteks perubahan iklim, kebiasaan ini dapat menjadi perisai saat musim kemarau memanjang. Krisis air tidak lagi abstrak; ia nyata dan dekat.

2. Panen Air Hujan: Teknologi Sederhana, Dampak Besar

Konsep rainwater harvesting atau panen air hujan telah lama dikenal di berbagai negara. Keunggulannya terletak pada kesederhanaan—cukup talang, pipa, dan tangki penampung untuk memulai. Akbar menulisnya dengan bahasa yang membumi, membuatnya terasa mudah dan terjangkau.

Manfaatnya pun berlapis: dari menyiram taman, mencuci kendaraan, hingga menjadi cadangan saat pasokan utama terganggu. Selain efisiensi, kebiasaan ini menanamkan nilai moral bahwa setiap tetes air adalah amanah. Tidak ada yang terbuang, tidak ada yang disia-siakan.

Pesan yang tersirat adalah perlunya mengubah paradigma. Alih-alih hanya mengandalkan PDAM atau sumur, masyarakat diajak memandang air hujan sebagai aset rumah tangga. Dalam skala besar, jika kebiasaan ini masif, ketahanan air nasional akan terbantu tanpa harus menunggu proyek raksasa pemerintah.

3. Sekolah: Laboratorium Hidup untuk Edukasi Konservasi

Akbar memberi perhatian khusus pada peran sekolah dalam membentuk budaya konservasi air. Sekolah menjadi ruang strategis karena di sanalah generasi muda belajar dan membentuk kebiasaan. Melalui pemasangan talang, tangki penampung, dan integrasi ke pembelajaran IPA atau PAI, nilai pengelolaan air dapat ditanamkan sejak dini.

Ia mencontohkan program Adiwiyata yang menggabungkan panen air hujan dengan hidroponik atau kolam ikan. Inovasi ini tidak hanya bermanfaat secara fungsional, tetapi juga membangun keterampilan dan rasa kepemilikan siswa terhadap lingkungan. Anak-anak tidak hanya diajari, tetapi juga mengalami langsung manfaatnya.

Refleksinya sederhana namun dalam: apa yang dibiasakan di sekolah akan terbawa ke rumah. Siswa menjadi agen perubahan yang mengajarkan keluarga untuk menghargai air. Dari satu sekolah, pesan ini dapat menjalar ke komunitas yang lebih luas.

4. Dari Rumah untuk Negeri: Menggandakan Efek Positif

Kebiasaan memanen air hujan di rumah menjadi bagian dari gaya hidup ramah lingkungan. Akbar mengisahkan pengalamannya memanen air hujan dengan drum plastik 200 liter—praktik yang sederhana namun penuh makna. Ini adalah bentuk nyata memanfaatkan “hadiah langit” yang sering terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun