"Kekuatan Tentara, Harga Diri Bangsa" -- Pesan Presiden Prabowo untuk Generasi Prajurit Muda
Oleh Karnita
Pendahuluan
Pagi 10 Agustus 2025 di Lapangan Udara Suparlan Pusdiklatpassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, udara terasa sejuk meski barisan pasukan berdiri tegak dalam formasi militer yang khidmat. Dalam liputan Republika berjudul "Nenek Moyang Pernah Diperbudak, Prabowo: Tidak Ada Bangsa Merdeka Tanpa Tentara yang Kuat", Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pesan bersejarah yang sarat makna. Suasana itu bukan sekadar upacara militer, melainkan momentum menegaskan arah pertahanan negara di tengah dinamika global.
Konteksnya menjadi relevan karena di era yang penuh tantangan geopolitik, kekuatan militer bukan sekadar simbol, melainkan instrumen menjaga kedaulatan. Pidato Prabowo mengingatkan kita pada sejarah panjang bangsa yang pernah dijajah, sekaligus menegaskan pentingnya kesiapan prajurit dalam mengantisipasi ancaman. Bagi penulis, pesan ini mencerminkan keseimbangan antara kesadaran sejarah dan visi masa depan yang kokoh.
Alasan ketertarikan terhadap topik ini sederhana namun mendalam: bangsa yang melupakan sejarahnya akan mengulang kesalahan yang sama. Dalam konteks saat ini, pernyataan Presiden Prabowo menjadi refleksi penting, tidak hanya bagi militer, tetapi juga bagi warga sipil untuk memahami arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Pesan tentang rela berkorban, disiplin, dan kekuatan pertahanan menjadi relevan untuk memperkuat daya tahan bangsa di era persaingan global.
1. Sejarah Sebagai Fondasi Kesadaran Bangsa
Sejarah panjang penjajahan Indonesia menjadi latar yang tak boleh dilupakan. Prabowo mengingatkan bahwa nenek moyang kita pernah diperbudak, diperlakukan lebih rendah dari binatang, dan diadu domba oleh kekuatan asing. Kesadaran sejarah ini, menurutnya, harus menjadi dasar bagi prajurit muda untuk memahami makna pengabdian.
Pesan ini sekaligus menjadi kritik halus terhadap kecenderungan generasi kini yang kadang melupakan akar perjuangan bangsanya. Di tengah gempuran budaya instan, menghidupkan ingatan sejarah berarti menghidupkan semangat menjaga kemerdekaan. Peringatan tersebut sejalan dengan prinsip pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai kebangsaan.
Refleksinya jelas: tanpa pengetahuan sejarah yang kuat, semangat juang mudah luntur. Bangsa yang lupa sejarah akan mudah kehilangan arah dalam menghadapi ancaman. Pesan Prabowo mengajak kita untuk menelusuri kembali narasi perjuangan, bukan sekadar untuk mengenang, tetapi untuk menyalakan kembali api semangat nasionalisme.