4. Rela Berkorban sebagai Panggilan Jiwa
Menjadi prajurit, kata Prabowo, adalah panggilan jiwa yang menuntut kesiapan untuk berkorban. Ungkapan ini menegaskan bahwa profesi militer bukan sekadar pekerjaan, melainkan pengabdian seumur hidup.
Kritiknya ditujukan pada mentalitas pragmatis yang kadang mengabaikan nilai pengorbanan demi kepentingan pribadi. Dalam konteks pertahanan negara, pengorbanan adalah harga yang harus dibayar demi kemerdekaan dan keselamatan bangsa.
Refleksi ini juga berlaku untuk warga sipil: meski tidak mengenakan seragam, setiap warga negara punya peran dalam menjaga kedaulatan. Kesadaran ini akan membentuk budaya bela negara yang inklusif.
Rela berkorban berarti siap menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri. Semangat ini, jika tertanam di semua lapisan masyarakat, akan memperkuat ikatan kebangsaan.
5. Menghadirkan Pertahanan yang Menyeluruh
Prabowo menutup pesannya dengan tekad untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Ini mencakup penguatan sumber daya manusia, peralatan, dan infrastruktur pertahanan.
Kritiknya adalah pada ketergantungan yang berlebihan pada pihak luar dalam urusan strategis. Kemandirian pertahanan menjadi keharusan agar bangsa ini tidak mudah diintervensi.
Refleksinya jelas: pertahanan negara tidak bisa dibangun secara instan. Dibutuhkan visi jangka panjang, kontinuitas kebijakan, dan komitmen semua pihak.
Pertahanan yang menyeluruh bukan hanya urusan TNI, tetapi juga seluruh elemen bangsa yang memahami pentingnya kedaulatan. Sinergi inilah yang akan memastikan Indonesia tetap berdiri tegak di tengah persaingan global.
Penutup