Dari sisi manajemen, BTN Gunung Rinjani dapat menggunakan data ini untuk evaluasi dan pengembangan jalur pendakian. Tren kunjungan dapat dianalisis untuk menentukan kapan waktu terbaik pembatasan atau promosi wisata. Di sini terlihat bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis.
Bagi pendaki, registrasi digital seharusnya dipandang sebagai bagian dari ritual persiapan. Sama seperti menyiapkan peralatan mendaki, memasukkan data yang benar di eRinjani adalah wujud tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Surat Sehat: Menjaga Nyawa Sejak Langkah Pertama
SOP terbaru mewajibkan surat keterangan sehat yang diterbitkan maksimal satu hari sebelum pendakian. Kebijakan ini menggarisbawahi bahwa gunung bukanlah ruang bebas risiko, terutama bagi mereka yang mengabaikan kondisi fisiknya. Pendakian tanpa kesiapan dapat berujung fatal, apalagi di ketinggian Rinjani yang mencapai 3.726 mdpl.
Dari perspektif keselamatan, surat sehat berfungsi sebagai filter awal untuk mencegah tragedi. Dokter dapat mengidentifikasi potensi risiko medis yang mungkin tidak disadari pendaki. Pendekatan ini juga meminimalisasi beban evakuasi yang sering kali memakan biaya, tenaga, dan waktu.
Kritik yang sering muncul adalah soal biaya dan akses pemeriksaan. Tidak semua calon pendaki berada di wilayah dengan fasilitas kesehatan memadai. Di sinilah perlunya koordinasi lintas pihak untuk menyediakan layanan pemeriksaan yang terjangkau dan mudah diakses.
Refleksinya, kebijakan ini seharusnya dipandang bukan sebagai hambatan, melainkan jaminan keselamatan bersama. Mendaki dalam kondisi sehat adalah bentuk penghormatan pada alam yang menuntut kekuatan penuh dari setiap langkah.
3. Asuransi dan Pengalaman Mendaki: Menyaring Kesiapan, Bukan Menciptakan Elitisme
BTN Gunung Rinjani kini mewajibkan pendaki memiliki asuransi jiwa dan pengalaman mendaki. Langkah ini menegaskan bahwa pendakian adalah aktivitas berisiko tinggi yang memerlukan mitigasi finansial dan teknis. Dengan asuransi, keluarga pendaki memiliki perlindungan jika terjadi kecelakaan, sementara syarat pengalaman mengurangi kemungkinan insiden akibat kelalaian teknis.
Namun, syarat pengalaman sering disalahartikan sebagai diskriminasi terhadap pendaki pemula. Faktanya, aturan ini justru melindungi mereka. Pendaki yang belum berpengalaman diarahkan untuk didampingi guide atau mentor yang memahami medan.