Menapaki Rinjani dengan Bijak dan Bertanggung Jawab
"Keselamatan adalah puncak tertinggi yang harus kita raih."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Kabut tipis menyelimuti kaki Gunung Rinjani pada pagi 8 Agustus 2025, sementara para petugas BTN Gunung Rinjani mempersiapkan lembar-lembar dokumen berisi Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian terbaru. KOMPAS.com memberitakan bahwa SOP revisi kelima ini akan berlaku mulai 11 Agustus 2025, mencakup aturan ketat demi keselamatan dan kenyamanan pendaki. Bagi penulis, momen ini seperti membuka bab baru perjalanan panjang pengelolaan salah satu gunung terindah di Indonesia.
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Seluruh jalur pendakian Rinjani sebelumnya ditutup sementara pada 1–10 Agustus 2025 untuk perbaikan jalur, penataan fasilitas, dan evaluasi prosedur keselamatan. Dalam konteks saat ini, di mana pariwisata alam semakin ramai pascapandemi, SOP baru ini menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan antara petualangan dan pelestarian. Bagi penulis, ini adalah momentum untuk menegaskan bahwa mendaki gunung bukan sekadar menaklukkan puncak, tetapi juga mengasah kesadaran dan tanggung jawab.
Duka baru saja menyapa, ketika pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26 tahun), tewas setelah terjatuh ke jurang sedalam sekitar 600 meter pada 21 Juni 2025—insiden yang memperlihatkan kerasnya medan Rinjani sekaligus mempertegas kebutuhan SOP yang lebih ketat.
1. Registrasi Digital: Mengawali Perjalanan dengan Tertib
Registrasi kini wajib dilakukan melalui aplikasi eRinjani, memastikan seluruh calon pendaki terdata dengan rapi. Langkah ini merupakan modernisasi sistem administrasi yang memotong jalur birokrasi tanpa mengorbankan akurasi informasi. Teknologi berperan penting untuk memantau kuota pendaki dan mengatur alur masuk, menghindari overcapacity yang berpotensi merusak ekosistem.
Namun, keberhasilan sistem digital ini tidak hanya bergantung pada aplikasi, tetapi juga kesadaran pengguna. Banyak pendaki masih menganggap registrasi hanyalah formalitas, padahal di sinilah data penting seperti riwayat kesehatan dan rencana perjalanan disimpan. Sistem ini sekaligus memudahkan penegakan aturan, misalnya jika terjadi keadaan darurat di jalur pendakian.
Dari sisi manajemen, BTN Gunung Rinjani dapat menggunakan data ini untuk evaluasi dan pengembangan jalur pendakian. Tren kunjungan dapat dianalisis untuk menentukan kapan waktu terbaik pembatasan atau promosi wisata. Di sini terlihat bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis.
Bagi pendaki, registrasi digital seharusnya dipandang sebagai bagian dari ritual persiapan. Sama seperti menyiapkan peralatan mendaki, memasukkan data yang benar di eRinjani adalah wujud tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Surat Sehat: Menjaga Nyawa Sejak Langkah Pertama
SOP terbaru mewajibkan surat keterangan sehat yang diterbitkan maksimal satu hari sebelum pendakian. Kebijakan ini menggarisbawahi bahwa gunung bukanlah ruang bebas risiko, terutama bagi mereka yang mengabaikan kondisi fisiknya. Pendakian tanpa kesiapan dapat berujung fatal, apalagi di ketinggian Rinjani yang mencapai 3.726 mdpl.
Dari perspektif keselamatan, surat sehat berfungsi sebagai filter awal untuk mencegah tragedi. Dokter dapat mengidentifikasi potensi risiko medis yang mungkin tidak disadari pendaki. Pendekatan ini juga meminimalisasi beban evakuasi yang sering kali memakan biaya, tenaga, dan waktu.
Kritik yang sering muncul adalah soal biaya dan akses pemeriksaan. Tidak semua calon pendaki berada di wilayah dengan fasilitas kesehatan memadai. Di sinilah perlunya koordinasi lintas pihak untuk menyediakan layanan pemeriksaan yang terjangkau dan mudah diakses.
Refleksinya, kebijakan ini seharusnya dipandang bukan sebagai hambatan, melainkan jaminan keselamatan bersama. Mendaki dalam kondisi sehat adalah bentuk penghormatan pada alam yang menuntut kekuatan penuh dari setiap langkah.
3. Asuransi dan Pengalaman Mendaki: Menyaring Kesiapan, Bukan Menciptakan Elitisme
BTN Gunung Rinjani kini mewajibkan pendaki memiliki asuransi jiwa dan pengalaman mendaki. Langkah ini menegaskan bahwa pendakian adalah aktivitas berisiko tinggi yang memerlukan mitigasi finansial dan teknis. Dengan asuransi, keluarga pendaki memiliki perlindungan jika terjadi kecelakaan, sementara syarat pengalaman mengurangi kemungkinan insiden akibat kelalaian teknis.
Namun, syarat pengalaman sering disalahartikan sebagai diskriminasi terhadap pendaki pemula. Faktanya, aturan ini justru melindungi mereka. Pendaki yang belum berpengalaman diarahkan untuk didampingi guide atau mentor yang memahami medan.
Kritik akan muncul dari industri wisata yang khawatir bahwa aturan ini mengurangi jumlah pengunjung. Akan tetapi, pariwisata yang berkelanjutan selalu menempatkan keselamatan di atas jumlah kunjungan. SOP ini membuktikan bahwa keselamatan adalah investasi reputasi jangka panjang.
Refleksi pada insiden Juliana—terjatuh saat sendirian dan baru ditemukan beberapa hari kemudian—menegaskan bahwa pengalaman, pendampingan, dan kesiapsiagaan adalah kunci untuk menghindari tragedi serupa.
4. Pendampingan, Safety Briefing, dan Etika di Gunung
SOP baru mewajibkan safety briefing sebelum pendakian, sebuah langkah sederhana namun krusial. Briefing memberikan informasi teknis, jalur aman, cuaca terkini, dan prosedur darurat. Dalam banyak kasus, kecelakaan terjadi bukan karena medan, tetapi karena kurangnya informasi.
Pendampingan untuk pendaki pemula juga menjadi sorotan. Guide berperan sebagai navigator, motivator, sekaligus pengawas etika pendakian. Mereka membantu memastikan kelompok menjaga kebersihan, tidak merusak flora dan fauna, dan menghormati sesama pendaki.
Etika pendakian kini juga ditegaskan dengan larangan membawa alat musik dan speaker aktif. Ini adalah upaya menjaga keheningan alam yang menjadi daya tarik utama Rinjani. Gunung bukan ruang pesta, melainkan tempat kontemplasi.
Refleksi dari aturan ini adalah kesadaran bahwa keselamatan dan kenyamanan tidak hanya soal fisik, tetapi juga tentang menjaga harmoni antara manusia dan alam.
5. Pengelolaan Kuota dan Jadwal: Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Pembatasan jumlah pendaki, rasio guide, dan porter adalah langkah untuk melindungi jalur pendakian dan kawasan konservasi. Dengan beban maksimal yang diatur, tenaga kerja di lapangan juga terlindungi dari eksploitasi.
Perubahan jadwal pendakian kini harus dilaporkan resmi, mencegah praktik “masuk diam-diam” yang berisiko bagi keselamatan dan data pengelolaan. Ketertiban ini juga membantu memantau distribusi pengunjung di berbagai jalur.
Kritiknya, pembatasan kuota terkadang menimbulkan pasar gelap tiket pendakian. Oleh karena itu, transparansi dan pengawasan ketat sangat diperlukan. Sistem eRinjani sebaiknya dilengkapi fitur pelaporan pelanggaran oleh pendaki sendiri.
Refleksinya, pengelolaan kuota bukanlah pembatasan kebebasan, melainkan cara memastikan generasi mendatang masih dapat merasakan keindahan Rinjani yang utuh.
Penutup
"Gunung akan selalu ada, tapi kesempatan untuk pulang dengan selamat adalah hadiah yang harus kita jaga."
SOP terbaru Gunung Rinjani 2025 adalah cerminan kedewasaan pengelolaan wisata alam di Indonesia—sebuah respons nyata terhadap tragedi yang telah terjadi dan harapan agar tak terulang. Ia menggabungkan teknologi, disiplin, dan kesadaran lingkungan menjadi satu kesatuan kebijakan yang berpihak pada keselamatan manusia dan kelestarian alam.
Seperti kata Sir Edmund Hillary, “It is not the mountain we conquer, but ourselves.” Rinjani mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukan saat kita berdiri di puncak, melainkan ketika kita pulang dengan selamat, meninggalkan jejak tanpa merusak, dan membawa pulang pelajaran berharga. Wallahu a'lam.
Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan refleksi, berdasarkan informasi resmi BTN Gunung Rinjani, pemberitaan media, dan data insiden pendakian.
Daftar Pustaka:
- Kompas.com. (2025, 8 Agustus). SOP Terbaru Pendakian Gunung Rinjani 2025. https://travel.kompas.com/read/2025/08/08/192051727/sop-terbaru-pendakian-gunung-rinjani-2025-salah-satunya-wajib-memiliki
- AP News. (2025, Juli). Brazilian hiker buried after fatal fall from Indonesian volcano. (Juliana Marins). AP News
- People.com. (2025, Juli). Cause of Death Revealed After Tourist Fell from Volcano While Hiking. People.com
- Lombok Post / Jawa Pos. (2025, 27 Juni). Setahun Terakhir Delapan Pendaki Jatuh di Rinjani, Empat Tewas. lombokpost.jawapos.com
- People.com. (2025, Juli). Climber Rescued from Volcano … (Benedikt Emmenegger). People.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI