Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Bawah Rel Kereta, Kisah Kampung Tongkol yang Tak Pernah Siang

9 Agustus 2025   10:57 Diperbarui: 9 Agustus 2025   10:57 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Kampung Tongkol Jakarta Utara yang hidup berdampingan langsung dengan Perlintasan rel kereta api aktif. (Hafizh Wahyu D./Kompas.com)

Di Bawah Rel Kereta,  Kisah Kampung Tongkol yang Tak Pernah Siang

"Kota ini tak hanya soal gemerlap gedung pencakar langit, tapi juga tentang lorong-lorong kecil yang menyimpan ribuan kisah perjuangan."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Pada 8 Agustus 2025, Kompas.com menerbitkan laporan berjudul "Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol..." yang mengungkap sisi lain kehidupan warga Jakarta Utara, khususnya di Kelurahan Ancol. Artikel ini membuka tirai sebuah permukiman unik yang berlokasi tepat di bawah dan di samping rel kereta api aktif, di mana sinar matahari jarang menembus lorong-lorong sempit yang dipenuhi aktivitas warga sehari-hari.

Keberadaan Kampung Tongkol, meski tampak sederhana, menyimpan banyak makna dan tantangan yang relevan dengan fenomena urbanisasi dan keterbatasan ruang hidup di ibu kota. Di tengah hiruk-pikuk megapolitan, kampung ini menghadirkan narasi yang kontras sekaligus kaya akan nilai kekeluargaan, ketahanan sosial, dan kreativitas masyarakat yang hidup berdampingan dengan risiko lingkungan yang tinggi.

Ketertarikan saya sebagai editor dan peneliti sosial terletak pada urgensi memahami dinamika sosial-ekonomi warga yang tinggal di kawasan marginal seperti Kampung Tongkol. Kisah ini bukan hanya soal tempat tinggal, tapi juga refleksi kebijakan kota, tata ruang, dan hak atas kota yang harus diperhatikan untuk mendorong keadilan dan kualitas hidup warga urban masa kini.

1. Realitas Fisik: Lorong Sempit dan Ketiadaan Cahaya Siang

Kampung Tongkol secara fisik didefinisikan oleh lorong-lorong yang hanya selebar 1,5 meter, diapit oleh dinding rumah yang berdempetan tanpa celah. Kondisi ini menyebabkan sinar matahari hampir tidak pernah menyinari sebagian besar area permukiman. Suasana ini memunculkan sensasi seolah-olah hari tidak pernah siang di sana.

Ketiadaan cahaya alami memengaruhi kualitas hidup warga, mulai dari kesehatan hingga psikologis. Pencahayaan yang minim meningkatkan risiko penyakit dan menurunkan kenyamanan ruang tinggal. Hal ini sekaligus menjadi kritik tajam terhadap tata kota yang tidak memperhitungkan kesejahteraan penghuni kawasan padat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun