Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Bawah Rel Kereta, Kisah Kampung Tongkol yang Tak Pernah Siang

9 Agustus 2025   10:57 Diperbarui: 9 Agustus 2025   10:57 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Kampung Tongkol Jakarta Utara yang hidup berdampingan langsung dengan Perlintasan rel kereta api aktif. (Hafizh Wahyu D./Kompas.com)

Transformasi ini menunjukkan kreativitas dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan sumber daya dan kondisi lingkungan yang sulit. Ini sekaligus tanda dinamika sosial yang hidup dan berkembang, meski di wilayah yang secara formal dianggap ilegal atau tidak resmi.

Namun, perubahan ini juga menuntut adanya pembaruan kebijakan dari pemerintah agar pembangunan fisik ini mendapat pengakuan dan dukungan agar tetap aman, sehat, dan berkelanjutan.

5. Refleksi Kebijakan dan Masa Depan Kampung Tongkol

Kampung Tongkol adalah cermin ketimpangan kota yang sedang berproses; sebuah ruang urban yang berada di pinggir hukum dan peraturan namun sarat dengan nilai-nilai sosial yang kuat. Pengelolaan dan revitalisasi kawasan ini harus melibatkan pendekatan multisektoral dan partisipatif, menghormati hak warga sekaligus menjaga keselamatan dan kesehatan.

Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, perlu mengintegrasikan perspektif warga dalam perencanaan dan pengelolaan kota agar solusi yang dihasilkan tidak hanya teknis tapi juga manusiawi dan berkelanjutan. Kampung Tongkol seharusnya menjadi model perbaikan kawasan informal yang harmonis dan berdaya.

Di era perubahan dan pembangunan berkelanjutan, isu-isu seperti yang dialami Kampung Tongkol harus menjadi perhatian utama, agar kota tidak hanya menjadi megastruktur fisik, tetapi juga ruang inklusif yang memberikan keadilan sosial dan kualitas hidup bagi semua warganya.

Penutup

Kehidupan di Kampung Tongkol mengingatkan kita bahwa kota adalah ruang bagi manusia yang penuh cerita dan perjuangan. "Di tengah gemerlap ibu kota, masih ada lorong-lorong yang menyimpan kisah ketangguhan manusia tanpa henti," begitu kata Tias, salah satu warga yang telah bertahun-tahun tinggal di sana.

Memahami dan mengakui keberadaan permukiman seperti Kampung Tongkol menjadi langkah awal untuk membangun Jakarta yang lebih adil dan berkelanjutan. Sebagaimana ungkap aktivis sosial, "Keadilan kota tidak boleh absen dari sudut-sudut sempit yang terlupakan."

Disclaimer

Artikel ini disusun berdasarkan laporan dan wawancara Kompas.com dan bertujuan untuk memberikan analisis dan refleksi yang konstruktif tanpa mengurangi hak dan privasi warga Kampung Tongkol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun