Petani di pesisir menghadapi risiko yang lebih tinggi karena posisi geografis mereka yang jauh dari sumber air utama. Dalam situasi seperti ini, keadilan distribusi air menjadi sangat penting dan harus diprioritaskan.
Selain perbaikan infrastruktur, dibutuhkan sistem pemantauan dan prediksi kebutuhan air berbasis data. Teknologi irigasi tetes atau sprinkler bisa mulai diperkenalkan di beberapa titik untuk efisiensi penggunaan air.
4. Pentingnya Suara Petani dalam Perumusan Solusi
Apa yang disampaikan oleh Sutatang dan para petani lainnya seharusnya menjadi bagian penting dalam formulasi kebijakan publik. Ketahanan pangan bukan hanya soal produksi, tapi juga keberdayaan petani sebagai pelaku utama.
Dalam banyak kasus, suara petani kurang terdengar dalam forum-forum perencanaan pembangunan. Padahal, mereka yang paling tahu kebutuhan di lapangan, termasuk pola tanam, ancaman hama, dan kondisi irigasi.
Memberikan ruang lebih besar bagi organisasi petani seperti KTNA untuk terlibat dalam musyawarah rencana pembangunan adalah langkah strategis. Ini bukan hanya soal partisipasi, tetapi soal keadilan dalam pengambilan keputusan.
Kebijakan yang dirumuskan dari bawah ke atas cenderung lebih tepat sasaran dan diterima dengan baik. Pemerintah dan lembaga teknis dapat memainkan peran sebagai fasilitator, bukan semata pengarah.
5. Kolaborasi dan Edukasi sebagai Jalan Keluar
Masalah pertanian di Indramayu menggambarkan pentingnya kerja sama antarpihak: petani, pemerintah, lembaga teknis, serta komunitas lokal. Setiap pihak memiliki peran penting dalam menciptakan solusi yang komprehensif.
Selain penanganan langsung di lapangan, edukasi publik juga perlu diperkuat. Masyarakat perlu memahami bahwa keberlanjutan pangan bukan hanya urusan petani, melainkan tanggung jawab bersama.
Kampanye gropyokan, efisiensi air, hingga diversifikasi tanaman harus menjadi bagian dari gerakan bersama. Media, lembaga pendidikan, dan platform digital dapat menjadi jembatan penyebaran informasi ini.