Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari RSUD Sentot ke Sentra Ekonomi: Ketika Pelayanan Publik Tak Lagi Soal Kepemilikan

1 Agustus 2025   17:33 Diperbarui: 1 Agustus 2025   17:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari RSUD Sentot ke Sentra Ekonomi: Ketika Pelayanan Publik Tak Lagi Soal Kepemilikan (Sumber: Ini Jabarcom)

Dari RSUD Sentot ke Sentra Ekonomi: Ketika Pelayanan Publik Tak Lagi Soal Kepemilikan

"Ketika rumah sakit hanya menjadi beban APBD, sudah saatnya kita bertanya: siapa yang seharusnya mengelola demi publik?"

Oleh Karnita

Pendahuluan: RSUD Sentot dalam Sorotan

Di tengah upaya meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan, RSUD Sentot justru menjadi cermin stagnasi layanan publik. Terletak di Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, rumah sakit ini berstatus BLUD—struktur yang semestinya fleksibel dalam pengelolaan keuangan. Namun realitas di lapangan menyuguhkan ironi: hutang menumpuk, top-up dari APBD rutin, dan pelayanan minim pujian.

Bupati Lucky Hakim tak menutupi kekecewaannya. Ia terang-terangan menyebut RSUD Sentot tidak pernah menyumbang pendapatan daerah, bahkan menjadi beban fiskal. “Kalau pelayanannya optimal, masyarakat puas, itu tidak masalah,” ujarnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya—investasi publik tanpa imbal hasil yang nyata.

Pernyataan ini menegaskan bahwa kualitas pelayanan publik tak cukup diukur dari keberadaan fasilitas semata, tetapi dari kinerja nyata. Dalam konteks ini, otonomi daerah diuji: apakah daerah mampu mengelola layanan dasar dengan efisien, atau justru terjebak dalam birokrasi stagnan?

Ketika Provinsi Menawarkan Solusi

Dalam situasi stagnan inilah, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi masuk dengan tawaran strategis: mengambil alih pengelolaan RSUD Sentot ke tingkat provinsi. Bagi sebagian kepala daerah, tawaran seperti ini bisa dimaknai sebagai kehilangan aset atau simbol kedaulatan daerah. Namun Lucky memilih jalan rasional: menyambutnya dengan tangan terbuka.

Alasannya sederhana tapi berdimensi strategis: pelayanan optimal, dampak ekonomi meningkat. Di bawah Pemprov, RSUD Sentot berpotensi bertransformasi menjadi rumah sakit besar seperti RS Hasan Sadikin di Bandung—dengan alat medis canggih, dokter spesialis lengkap, dan daya jangkau regional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun