Mendikdasmen Abdul Mu'ti dan Gagasan Enam Soft Skills untuk Pelajar Masa Depan
"Belajar Tak Hanya di Kelas, tapi Juga di Kehidupan"
Oleh Karnita
Pendahuluan: Menghidupkan Sekolah Lewat Karakter
Sinar pagi menyambut langkah para siswa SMKN 27 Jakarta yang antusias mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Rabu, 23 Juli 2025. Di layar besar ruang serbaguna, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, hadir secara daring dalam acara bertajuk Sapa Murid SMK 2025. Melalui liputan berjudul "Mendikdasmen Abdul Mu'ti Tekankan Pentingnya Penguasaan Enam Keterampilan Nonteknis bagi Pelajar" yang terbit di Pikiran Rakyat (24 Juli 2025), penulis tertarik mendalami kembali esensi pendidikan di tengah pergeseran zaman: bahwa bukan semata nilai akademik, melainkan karakter dan keterampilan hidup yang menentukan daya saing pelajar Indonesia.
Ketertarikan penulis tumbuh dari keresahan: mengapa masih banyak lulusan yang cemerlang di atas kertas, namun gamang saat menghadapi dunia kerja dan kehidupan nyata? Dalam forum ini, Abdul Mu'ti tak hanya bicara visi, tetapi memberi kerangka jelas tentang pentingnya penguasaan enam keterampilan nonteknis (soft skills), yakni berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas, karakter, dan kewarganegaraan. Keenamnya bukan sekadar jargon, melainkan fondasi penting dalam membentuk manusia pembelajar seutuhnya.
Isu ini relevan dengan urgensi masa kini: pendidikan harus menyiapkan pelajar untuk hidup, bukan sekadar untuk ujian. Dengan dunia yang terus berubah dan persaingan global yang makin kompleks, pendidikan Indonesia perlu menanamkan keterampilan yang fleksibel, lintas konteks, dan bersifat transformatif. Maka, mari kita telaah lebih dalam bagaimana soft skills bukan lagi pelengkap, melainkan inti dari pendidikan yang bermakna.
1. Enam Keterampilan Nonteknis: Pilar Masa Depan Pelajar
Abdul Mu'ti menegaskan bahwa enam keterampilan nonteknis bukan sekadar pelengkap kurikulum, melainkan kunci untuk bertahan dan tumbuh dalam dunia yang tak pasti. Berpikir kritis dan komunikasi efektif menjadi kemampuan dasar untuk memilah informasi, mengambil keputusan, dan menyampaikan gagasan secara meyakinkan. Sementara kolaborasi dan kreativitas menjadi prasyarat mutlak dalam ekosistem kerja yang dinamis dan penuh inovasi.
Karakter dan kewarganegaraan---dua aspek yang sering kali terpinggirkan---justru menjadi penentu kualitas moral dan kontribusi sosial seseorang. Pelajar yang memiliki karakter kuat cenderung jujur, bertanggung jawab, serta mampu menghargai perbedaan. Di sisi lain, wawasan kebangsaan memberi mereka landasan dalam berpikir global tanpa kehilangan akar budaya.