Pendidikan semacam ini penting di tengah minimnya literasi ekologi di kalangan generasi muda. Ketika masjid menjadi ruang edukatif yang menyenangkan dan informatif, maka misi dakwah menjadi lebih luas dan berdampak jangka panjang. Bahkan, keterlibatan aktif anak-anak dalam program-program lingkungan masjid berpotensi menumbuhkan kader hijau masa depan.
Dalam jangka panjang, Masjid Istiqlal bisa menjadi pusat pelatihan lingkungan berbasis komunitas. Model pendidikan ini sejalan dengan visi Islam tentang ta'lim dan tarbiyah, yaitu mendidik manusia menjadi individu yang berilmu dan bertanggung jawab terhadap sesama dan alam semesta.
5. Menanam Nilai, Menuai Perubahan
Langkah Masjid Istiqlal menegaskan bahwa perubahan tidak harus dimulai dari atas, tetapi dari tempat yang sarat makna simbolik. Gerakan ini bukan sekadar “hijau-hijauan” seremonial, melainkan upaya sistematis untuk menciptakan dampak ekologis, sosial, dan spiritual secara simultan. Ketika komunitas masjid terbiasa mengakses SPKLU, melihat liquid tree, dan berdiskusi soal lingkungan, maka nilai-nilai hijau itu akan tumbuh menjadi budaya.
Gerakan ini juga membuka peluang baru bagi peran aktif jamaah. Mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak perubahan. Jamaah yang memiliki motor listrik bisa menjadi relawan, mentor, atau bagian dari ekosistem hijau Istiqlal. Budaya masjid pun bertransformasi: dari sekadar tempat salat menjadi pusat aksi kolaboratif.
Istiqlal EV Community memberi kita pelajaran penting bahwa keberlanjutan bukan sekadar soal teknologi, melainkan soal komitmen kolektif dan spiritualitas ekologis. Ini adalah titik tolak bahwa perubahan iklim bisa dilawan bukan hanya dengan kebijakan dan korporasi, tapi juga dengan kesadaran iman yang menggerakkan tindakan.
Penutup: Dari Menara Masjid Menuju Langit yang Lebih Bersih
Gerakan Istiqlal EV Community menunjukkan bahwa masjid dapat menjadi aktor sentral dalam gerakan keberlanjutan. Ketika spiritualitas bertemu dengan inovasi, maka lahirlah narasi baru tentang tempat ibadah—bukan hanya ruang vertikal menuju Tuhan, tetapi juga ruang horizontal untuk merawat bumi.
Sebagaimana disampaikan Prof. Nasaruddin Umar, “Kami menyuarakan isu lingkungan dengan bahasa agama.” Bahasa itu kini tidak hanya terdengar dalam khutbah, tapi juga dalam desiran roda motor listrik yang sunyi, dalam udara yang bersih, dan dalam aksi hijau yang terus mengakar. Wallahu a’lam.
Daftar Pustaka:
Republika.co.id. (11 Juli 2025). Masjid Istiqlal Canangkan EV Community, Gerakan Hijau Berbasis Kendaraan Listrik. https://republika.co.id/berita/rf2nv3366