Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saatnya Pemprov Jabar Menyatukan Energi: Menggenjot Pendapatan dan Menyeimbangkan Belanja

10 Juli 2025   13:00 Diperbarui: 10 Juli 2025   13:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dedi Mulyadi jawab sindiran Tito soal turunnya realisasi anggaran Jabar.  /Pikiran Rakyat/Novianti Nurulliah

Saatnya Pemprov Jabar Menyatukan Energi: Menggenjot Pendapatan dan Menyeimbangkan Belanja

"Uang boleh terbatas, tapi komitmen kepada rakyat tak boleh surut." – Dedi Mulyadi

Oleh Karnita

Saatnya Kompak: Menjawab Teguran dengan Kerja Kolektif

Sejatinya, kritik bukan untuk dihindari, apalagi disikapi secara emosional. Ia adalah nutrisi bagi tata kelola yang sehat. Ketika Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan catatan terhadap kinerja fiskal Jawa Barat, hal itu sejatinya bukan serangan personal, melainkan ajakan untuk memperbaiki koordinasi dan menyusun strategi baru yang lebih solid dan responsif.

Berita Pikiran Rakyat berjudul “Disentil Mendagri Tito, Dedi Mulyadi Salahkan Warisan Utang BPJS dan Masjid Sedot Realisasi Anggaran” yang terbit 10 Juli 2025, menyebutkan realisasi pendapatan dan belanja Jawa Barat mengalami penurunan ke posisi ketiga nasional. Namun sorotan ini justru bisa menjadi momentum pembelajaran: bahwa beban masa lalu bukan penghalang mutlak, tetapi tantangan yang bisa dijawab dengan solusi bersama.

Jawa Barat tak kekurangan sumber daya maupun daya kreasi. Maka, keterbatasan fiskal hari ini harus dijawab dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif. Saatnya eksekutif dan legislatif bergandengan lebih erat, membangun budaya kerja tim yang saling menguatkan, bukan saling menuding. Gotong royong birokratis dan partisipasi warga adalah jalan terbaik agar pelayanan publik tetap berjalan, meski napas fiskal sedang pendek.

1. Warisan Fiskal Bukan Alasan Stagnasi, Tapi Titik Awal Evaluasi

Dedi Mulyadi secara terbuka menyampaikan bahwa sepertiga APBD 2025 telah terserap untuk kewajiban warisan. Langkah transparan ini patut diapresiasi, namun tak cukup hanya menjadi klarifikasi. Perlu dilakukan audit strategis terhadap efektivitas belanja masa lalu agar bisa dipilah mana kewajiban yang wajib dibayar dan mana yang bisa dinegosiasikan ulang.

Evaluasi juga harus menyentuh sumber-sumber kebocoran fiskal, termasuk proyek infrastruktur dengan cost operasional tinggi yang tak diiringi dengan optimalisasi manfaat publik. Masjid Al Jabbar dan Bandara Kertajati, misalnya, harus didorong menjadi aset produktif, bukan sekadar simbol estetika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun