Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

The Good Enough Job: Hidup Tak Harus Sempurna, Asal Tetap Bermakna

2 Juli 2025   16:24 Diperbarui: 2 Juli 2025   16:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamu adalah manusia, dan hidupmu jauh lebih besar daripada apa yang kamu lakukan untuk mencari nafkah."--- Simone Stolzoff (Gramedia)

The Good Enough Job: Hidup Tak Harus Sempurna, Asal Tetap Bermakna

"Ada terlalu banyak orang yang memberikan versi terbaik diri mereka di tempat kerja, tetapi hanya membawa sisa-sisanya pulang ke rumah." -- Esther Perel

Oleh Karnita

Pendahuluan

Di tengah pusaran rutinitas yang padat, banyak dari kita terjebak dalam logika kerja tanpa henti. Ungkapan seperti "Lakukan apa yang kamu cintai dan kamu tak akan pernah merasa bekerja" terdengar inspiratif, tapi diam-diam menjadi jebakan yang menyamarkan kelelahan emosional dan ekspektasi yang tak realistis. Tak sedikit yang akhirnya merasa gagal hanya karena tak bisa mencintai pekerjaan yang sebenarnya melelahkan. Kalimat-kalimat seperti ini mendorong kita menilai harga diri berdasarkan produktivitas semata.

Simone Stolzoff, seorang jurnalis yang pernah mengalami krisis makna dalam dunia kerja, menulis buku The Good Enough Job: Merebut Kembali Kehidupan dari Pekerjaan (Penulis: Simone Stolzoff, Penerbit: Elex Media Komputindo, 2025) sebagai jawaban atas keresahan banyak orang yang hidupnya direduksi menjadi sekadar "pekerjaan." Dalam buku ini, Stolzoff menyodorkan tawaran sederhana namun revolusioner: menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari hidup, bukan pusat segalanya. Kisah pribadinya menjadi pintu masuk yang membumi bagi pembaca yang tengah berada dalam pencarian makna serupa.

Berikut adalah refleksi dari 10 bab utama dalam buku ini, lengkap dengan sinopsis dan relevansi realitas kita hari ini:
Refleksi ini diharapkan membantu kita menyusun ulang relasi dengan kerja secara lebih sehat dan manusiawi.

1. For What It's Worth

Bab ini membuka dengan pertanyaan sederhana tapi dalam: "Apa sebenarnya nilai dari pekerjaan kita?" Stolzoff mengisahkan individu-individu yang mulai menyadari bahwa nilai sejati hidup tidak bisa direduksi hanya dari gaji, jabatan, atau prestise profesional. Kalimat ini menunjukkan kesadaran baru bahwa nilai seseorang tidak harus ditentukan dari apa pekerjaannya. 

Di era ekonomi digital, banyak yang merasa nilainya ditentukan algoritma produktivitas. Kita lupa bahwa pekerjaan adalah alat, bukan tujuan. Saatnya mendefinisikan ulang: bukan berapa penghasilan kita, tapi seberapa utuh hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun