Jejak Khotbah Arafah: Pesan Awal tentang Martabat Manusia dalam Islam
"Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu suci"
Oleh Karnita
Pendahuluan
Khotbah Nabi Muhammad SAW di Arafah pada Haji Wada’ tahun 10 Hijriyah/632 M merupakan salah satu momen monumental dalam sejarah Islam dan kemanusiaan. Artikel berjudul “Khotbah Rasulullah di Arafah, Jejak Permulaan Hak Asasi Manusia” karya M. Fuad Nasar yang terbit di Kemenag (3 Juli 2023), menyajikan ulang pesan-pesan spiritual dan sosial Nabi yang masih sangat relevan. Di tengah derasnya diskursus modern tentang hak asasi manusia, khutbah ini hadir sebagai sumber nilai yang orisinal, menyentuh, dan penuh keadilan.
Pentingnya membahas khotbah ini bukan hanya dalam konteks sejarah Islam, tetapi juga dalam narasi universal tentang harkat dan martabat manusia. Khotbah Arafah bukan sekadar pidato keagamaan, melainkan deklarasi akbar yang menegaskan prinsip-prinsip kesetaraan, tanggung jawab, dan persaudaraan umat manusia. Pesan-pesannya menjadi pondasi awal HAM yang berakar dari wahyu, bukan semata produk rasionalisme modern.
“Wahai manusia, sesungguhnya darahmu, hartamu, dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilanggar).” – Nabi Muhammad SAW dalam Khotbah Arafah
Kutipan Khotbah Jahi Wada’: Warisan Cinta dan Martabat Kemanusiaan
Khotbah Rasulullah saw. di Arafah dan Mina pada tanggal 9 dan 10 Dzulhijjah adalah warisan agung yang menggema hingga kini. Dalam ulasan Prof. Osman Raliby (Majalah Suara Masjid, 1975), khutbah tersebut bukan sekadar pidato perpisahan, melainkan pedoman hidup yang luhur. Di dalamnya, termaktub prinsip-prinsip hak asasi manusia, persaudaraan sejati, dan tuntunan moral universal yang melampaui zaman.
Berikut petikan terjemahannya yang sarat makna dan kelembutan: