Tak kalah penting dari bentuk bantuan adalah cara kebijakan itu dikomunikasikan. Ketika pemerintah mengumumkan sesuatu, publik menganggapnya sebagai keputusan final.
Maka ketika kebijakan ditarik kembali dengan alasan yang tidak dikomunikasikan secara rapi, luka kekecewaan justru semakin dalam.
Harapan itu bukan hanya dibangun dari angka, tapi dari narasi yang konsisten. Di sinilah peran komunikasi publik diuji. Pemerintah sebaiknya mulai menerapkan prinsip komunikasi berbasis tahapan kepastian.
Jika suatu program masih dalam kajian, sebutkan dengan jelas: “Masih dikaji.” Hindari frasa “akan diberlakukan” sebelum keputusan benar-benar final.
Dengan komunikasi yang transparan dan jujur sejak awal, publik bisa lebih siap menerima, bahkan jika keputusan akhir tak sesuai harapan.
Penutup: Menata Ulang Nyala Kepercayaan
Bagi sebagian orang, diskon listrik hanyalah serpihan kecil dari kebijakan ekonomi nasional. Namun bagi rakyat kecil, itu adalah denyut harapan.
Saat janji yang sederhana pun gagal dipenuhi, bagaimana kita bisa yakin pada janji-jani yang lebih besar, lebih kompleks, dan lebih jauh cakupannya?
Mungkin yang paling dibutuhkan rakyat saat ini bukan sekadar bantuan tambahan, tapi kejelasan arah dan kepastian langkah. Jika bukan dari konsistensi janji, lalu dari mana rakyat akan menggantungkan harapan mereka hari ini? Wallahu a’lam.
Daftar Pustaka:
Maharani, I. (2025, Juni 3). "Mengapa Diskon Tarif Listrik Juni-Juli 2025 Batal Diberikan?" Kompas.com. Diakses dari kompas.comkompas.com