Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Celengan, Sapi, dan Niat Tulus Bocah Bernama Hani

30 Mei 2025   19:54 Diperbarui: 30 Mei 2025   19:54 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanifa Insani (8) ikut berkurban dengan uang tabungannya selama tiga tahun (ANTARA/Laila Syafarud) 

Celengan, Sapi, dan Niat Tulus Bocah Bernama Hani
"Bukan besar kecilnya hewan kurban yang dicatat langit, tapi ketulusan hati yang menggerakkan tangan menyembelih."

Oleh Karnita

Ketulusan yang Muncul dari Celengan

Kisah ini bukan baru terjadi kemarin. Ia berasal dari tahun 2021, dilaporkan oleh Kantor Berita Antara pada 22 Juli 2021. Namun, alih-alih menjadi kabar lalu yang lekang oleh waktu, kisah ini layak dikisahkan kembali---sebagai inspirasi, sebagai motivasi, sebagai pengingat: bahwa kebaikan itu bisa dimulai dari hal kecil. Termasuk dari celengan kecil milik bocah delapan tahun.

Hanifa Insani atau akrab dipanggil Hani, murid kelas tiga MIN 4 Solok, adalah tokoh utama dari cerita ini. Di usianya yang masih sangat belia, Hani menunjukkan bahwa semangat berkurban tidak harus menunggu usia atau kekayaan. Ia mengumpulkan uangnya sendiri selama tiga tahun, sejak TK, hanya untuk bisa ikut berkurban saat Idul Adha.

Kisah ini bukan sekadar cerita tentang seekor sapi dan celengan anak-anak. Ia adalah narasi tentang ketulusan yang lahir dari tangan kecil seorang bocah delapan tahun. Di tengah banyak orang dewasa yang masih sibuk menimbang untung rugi, Hani diam-diam merajut tekad demi satu niat: menyembelih kurban sebagai bentuk kepatuhan pada Sang Pencipta.

"Yang kecil bisa besar bila niatnya tulus."

Dari Celengan ke Masjid

Hani menabung dari uang jajan harian, Rp1.000--Rp5.000. Jumlah itu kecil, sangat kecil jika dibanding harga seekor kambing apalagi sapi. Namun ketekunan membentuk keajaiban. Ia juga menyisihkan angpau Lebaran dan bahkan upah dari pekerjaan kecil---mengupas bawang.

Di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, mengupas bawang (maurek bawang) adalah pekerjaan umum. Hani, alih-alih bermain sepanjang liburan seperti anak lain, memilih membersihkan 10--15 kilogram bawang per hari demi tambahan tabungan. Ia dibayar Rp1.500 per kilogram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun