Celengan, Sapi, dan Niat Tulus Bocah Bernama Hani
"Bukan besar kecilnya hewan kurban yang dicatat langit, tapi ketulusan hati yang menggerakkan tangan menyembelih."
Oleh Karnita
Ketulusan yang Muncul dari Celengan
Kisah ini bukan baru terjadi kemarin. Ia berasal dari tahun 2021, dilaporkan oleh Kantor Berita Antara pada 22 Juli 2021. Namun, alih-alih menjadi kabar lalu yang lekang oleh waktu, kisah ini layak dikisahkan kembali---sebagai inspirasi, sebagai motivasi, sebagai pengingat: bahwa kebaikan itu bisa dimulai dari hal kecil. Termasuk dari celengan kecil milik bocah delapan tahun.
Hanifa Insani atau akrab dipanggil Hani, murid kelas tiga MIN 4 Solok, adalah tokoh utama dari cerita ini. Di usianya yang masih sangat belia, Hani menunjukkan bahwa semangat berkurban tidak harus menunggu usia atau kekayaan. Ia mengumpulkan uangnya sendiri selama tiga tahun, sejak TK, hanya untuk bisa ikut berkurban saat Idul Adha.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang seekor sapi dan celengan anak-anak. Ia adalah narasi tentang ketulusan yang lahir dari tangan kecil seorang bocah delapan tahun. Di tengah banyak orang dewasa yang masih sibuk menimbang untung rugi, Hani diam-diam merajut tekad demi satu niat: menyembelih kurban sebagai bentuk kepatuhan pada Sang Pencipta.
"Yang kecil bisa besar bila niatnya tulus."
Dari Celengan ke Masjid
Hani menabung dari uang jajan harian, Rp1.000--Rp5.000. Jumlah itu kecil, sangat kecil jika dibanding harga seekor kambing apalagi sapi. Namun ketekunan membentuk keajaiban. Ia juga menyisihkan angpau Lebaran dan bahkan upah dari pekerjaan kecil---mengupas bawang.
Di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, mengupas bawang (maurek bawang) adalah pekerjaan umum. Hani, alih-alih bermain sepanjang liburan seperti anak lain, memilih membersihkan 10--15 kilogram bawang per hari demi tambahan tabungan. Ia dibayar Rp1.500 per kilogram.