Alarm bagi Kerusakan Lingkungan di Lembang: Banjir Deras dan Ancaman Nyata bagi Warga
"Air yang dulu menjadi sumber kehidupan kini menjadi ancaman yang menghantui."
Oleh Karnita
PendahuluanÂ
Hujan deras yang mengguyur kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pada Jumat (23/5/2025, Kompas.com) membawa dampak serius. Sejumlah ruas jalan utama terendam banjir, bahkan sebuah sepeda motor terseret arus deras sepanjang sekitar 30 meter di Jalan Maribaya, Desa Kayuambon. Insiden ini bukan hanya peristiwa tunggal, melainkan alarm nyata yang mengingatkan kita pada kerusakan lingkungan yang semakin parah dan berpotensi mengancam keselamatan warga.
Fenomena banjir di Lembang seolah mengulangi cerita lama, namun kali ini dengan intensitas yang lebih mengkhawatirkan. Bukan hanya soal hujan deras, tetapi juga perubahan alam yang tak terkontrol akibat eksploitasi sumber daya alam dan pengelolaan kawasan yang kurang tepat. Masyarakat pun terjebak dalam situasi sulit; mereka yang nekat melintasi banjir kerap kali harus menghadapi risiko tinggi, bahkan sampai terbawa arus deras.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di Lembang? Mengapa banjir ini kerap terjadi, dan apa yang harus dilakukan sebagai upaya mitigasi agar tragedi ini tidak terus berulang?
1. Banjir di Jalan Maribaya: Gambaran Kerusakan Lingkungan yang Nyata
Banjir yang terjadi di Jalan Maribaya, Desa Kayuambon, menggambarkan problematika lingkungan yang sudah parah. Ketinggian air mencapai sekitar 50 sentimeter, cukup untuk menimbulkan bahaya signifikan bagi pengendara, seperti yang dialami seorang pengendara motor yang terseret sejauh 30 meter oleh arus deras. Kejadian ini bukan kasus pertama, melainkan sudah berulang kali terjadi setiap musim hujan deras.
Aliran air deras yang menumpuk pada kontur jalan yang menurun menjadi penyebab utama banjir ini. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana tata kelola ruang dan pengelolaan air di kawasan Lembang masih belum memadai, bahkan berpotensi memperparah risiko bencana.