Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Angin Tuntutan Berembus dari Forum Purnawirawan

28 April 2025   09:16 Diperbarui: 28 April 2025   09:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Penting bagi kita untuk selalu menjaga dialog yang baik, demi kemajuan bersama." (Dok. Tribun Jateng)

Menjawab Badai dengan Ruang Rekonsiliasi Nasional

Daripada membiarkan tuntutan dan kegelisahan ini mengeras menjadi sekat politik baru, seharusnya Prabowo-Gibran menginisiasi Ruang Rekonsiliasi Nasional yang inklusif. Bukan hanya simbolik, melainkan forum substantif di mana purnawirawan, akademisi, aktivis muda, dan tokoh masyarakat bisa duduk bersama: menegur, mengkritik, sekaligus membangun arah negara ke depan. Sebuah ruang aman untuk mengartikulasikan keresahan dan menggali solusi bersama.

Gagasan ini penting untuk mencegah perasaan "ditinggalkan" yang kerap muncul di masa-masa transisi kekuasaan. Jika suara kritis dianggap musuh, demokrasi hanya tinggal slogan. Namun jika suara itu dijadikan bahan bakar evaluasi, maka republik akan menemukan jalur regenerasi yang sehat. Indonesia butuh ruang-ruang pertemuan yang lebih jujur, bukan sekadar basa-basi politik lima tahunan.

Seorang filsuf pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang bersedia bercermin di tengah badai, bukan hanya saat laut tenang." Maka ruang rekonsiliasi bukan sekadar program, melainkan jiwa baru: keberanian untuk mendengar, untuk berubah, dan untuk mengukuhkan kembali cinta pada tanah air — dalam keberagaman suara dan pikiran.

Penutup 

"Persatuan bukan berarti keseragaman, melainkan kesediaan mendengarkan satu sama lain." — Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Dalam gelombang perubahan, kritik sejatinya bukanlah badai penghancur, melainkan kompas penunjuk arah. Tuntutan dari Forum Purnawirawan menunjukkan bahwa demokrasi kita masih bernapas, masih punya ruang untuk suara yang kadang sumbang, namun sesungguhnya vital. Prabowo-Gibran, bila bijak membaca tanda zaman, punya peluang besar bukan sekadar meredam, tapi menyulam kembali persatuan bangsa lewat telinga yang mendengar dan hati yang terbuka.

Di tengah langit yang kadang kelabu, masa depan Indonesia tidak boleh dikunci oleh rasa curiga atau dendam. Ruang rekonsiliasi adalah panggilan sejarah yang harus dijawab dengan gagasan besar dan jiwa besar. Sebab bangsa ini lahir dari keberanian berdialog dalam perbedaan, bukan dari keseragaman yang dipaksakan. Kini, kita dihadapkan pada pilihan: menguatkan persatuan, atau membiarkan luka lama menganga kembali. Wallahu a’lam.

Sumber berita:

https://www.tribunnews.com/nasional/2025/04/26/menakar-tuntutan-purnawirawan-tni-terhadap-gibran-lebih-bernuansa-politis-daripada-yuridis

https://nasional.kompas.com/read/2025/04/25/17142131/ada-usulan-wapres-dicopot-ketua-mpr-gibran-wakil-presiden-yang-sah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun