Ketika Polisi Pun Tak Aman: Rasa Nyaman di Jalan Kini Jadi Barang Mewah
"Ketika hukum tak cukup menakutkan bagi pelaku, maka ketakutan pindah ke pundak rakyat." -Anonim
Oleh Karnita
Pendahuluan
Tak ada lagi ruang aman di jalanan jika aparat kepolisian pun menjadi korban begal. Peristiwa tragis menimpa Briptu Abdul Azis yang dibacok dan motornya dirampas saat pulang tugas di Jalan Inspeksi Kalimalang, Cikarang Utara. Jam menunjukkan pukul 05.00 WIB—waktu yang bagi banyak pekerja adalah awal aktivitas, tapi di wilayah ini justru menjadi jam rawan. Kejadian ini dilaporkan Kompas.com pada Rabu, 2 April 2025.
Warga sekitar tak terkejut. Mereka sudah lama menyebut jalan itu sebagai “zona gelap”, bukan hanya karena kurang penerangan, tapi juga karena minim pengawasan. Cerita tentang jari yang putus, wanita dibegal tanpa ampun, hingga teriakan korban yang terlambat ditolong bukan hal baru di sana.
Ketika warga sudah putus asa dan hanya bisa pasrah, lalu aparat sendiri menjadi korban, kita harus bertanya: siapa yang benar-benar berkuasa di jalanan kita? Ini bukan sekadar soal kriminalitas biasa. Ini adalah krisis rasa aman yang tak boleh disepelekan.
1. Petugas Keamanan Tak Cukup Hanya Reaktif
"Terkait kasus ini kita masih melakukan penyelidikan." — Kompol Onkoseno Grandiarso Sukahar, Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi
Polisi hadir sebagai garda terdepan keamanan. Tapi jika kehadiran mereka terbatas pada penyelidikan pasca-kejadian, maka yang dibangun hanya dokumentasi, bukan pencegahan. Insiden Briptu Abdul Azis membuktikan, kejahatan hari ini lebih cepat dari patroli dan laporan.