Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Bisa Meminta Waktu, Tempat, dan Bagaimana Saat Mati

20 Maret 2019   14:18 Diperbarui: 20 Maret 2019   14:38 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah tiga hari tidak menayangkan artikel di Kompasiana. Walau saya hanya warga biasa di Kompasiana ini -- mengibaratkan keberadaan dalam tatanan kemasyarakatan -- ternyata ada yang hilang juga saat tidak membaca dan menyapa Kompasianer. Jadi artikel kali ini cuma tulisan receh yang ringan saja. Bukan berbagi ilmu malah jatuhnya berbagi keresahan, hehehe.

Sambil menunggu obat -- sms dari malaikat maut rajin mengingatkan salah satunya makin banyak yang dirasa -- di lobby ada siaran TV yang menayangkan pemakaman korban penembakan di Selandia Baru. Saya langsung berpikir ternyata kita -- saya deh karena suka ada yang protes, kita ? Lo aja kali...hehehe -- tidak bisa memilih dan meminta waktu, tempat, dan bagaimana kita menjalani kematian.

Kematian adalah kepastian saya tidak tahu kenapa kematian menjadi hal yang saya takuti. Sepertinya karena saya tidak merasa yakin akan membawa bekal cukup saat malaikat maut datang dan kedatangannya tidak bisa dinego lagi.

Waktu Kematian.
Waktu adalah salah satu hal yang tidak bisa diketahui kapan diri ini habis jatah umur dan rejeki di dunia. Kematian bisa saja datang saat pagi dimana semua mahluk menyambut awal kegiatan kehidupan. Bisa juga siang saat produktifitas sedang tinggi, atau sore saat memasuki waktu istirahat, bahkan malam saat mata terpejam dan tidak ada waktu lagi untuk membuka mata keesokan harinya.

Jika sang maut datang waktu bukan jadi penghalang akan kehadirannya. Jadi setiap yang bernyawa tidak ada kepastian di setiap detik berikutnya akan tetap hidup. Tidak bisa meminta waktu terbaik misalnya sedang beribadah atau berbuat baik misalnya. Jika sudah waktunya maka berakhir sudah jatah hidup.

Tempat Kematian.
Kematian datang tidak akan memusingkan tempat dimana mahluk sedang berada. Di atas kursi, sedang berkendaraan, di atas kasur, di negeri orang, di tempat umum, sedang sendiri, di tempat tidak terpuji atau malah di tempat ibadah.

Saya pernah lihat di you tube orang-orang yang menghadapi kematian diberbagai tempat, di lapangan sepakbola, panggung pementasan, sedang siaran langsung, bahkan ada yang sedang mengaji, ada juga yang sedang memberikan ceramah keagamaan.

Tempat pun menjadi hal yang tidak diketahui dimana akan berakhir cerita kehidupan seseorang, menyedihkan jika berakhir ditempat tidak baik dan membahagiakan jika berakhir di tempat baik apalagi suci.

Bagaimana Kematian.
Saya pernah melihat banyak orang menghadapi kematiannya dengan berbagai cara, saya banyak lihat di youtube. Ada yang tenang, ada yang gelisah, ada juga yang ngamuk.

Tenang karena sepanjang hidupnya dibangun oleh kebaikan, peranan sebagai manusia dijalankan dengan sebaiknya penuh dengan hidup yang bermanfaat.

Berbeda dengan yang gelisah, susah apalagi mengamuk, sepertinya hidup yang dijalani dibangun dengan ketidakbaikan bahkan tidak jarang menyusahkan orang-orang di sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun