"Tutup matanya !" semua yang berstatus anak menutup mata dengan telapak tangan, walau tidak jarang mengintip dari celah jari karena penasaran kenapa sampai dilarang melihat.
Itu adalah rangkaian kejadian kalau menonton yang ada adegan dewasa 17 tahun keatas, maka yang beratatus di bawah 17 tahun spontan disuruh menutup mata oleh orang tua jika menonton bareng dengan mereka. Saya tidak tahu apa sekarang masih berlaku menutup mata karena ini berlaku saat saya masih remaja. Namun anak saya terutama si bungsu masih suka melakukan menutup matanya kalau sedang menonton bareng dengan saya.
Apa menutup mata manjadi rangkaian sex education yang disembunyikan karena orang tua merasa anak belum waktunya mengkonsumsi sajian yang mengarah ke sex ?.
Hal yang ditabukan dulu sudah tidak bisa diterapkan sekarang ini. Sex education bagi anak menjelang mereka baligh sudah harus menjadi daftar yang tidak boleh dilewatkan orang tua zaman sekarang.
Karena rasa penasaran mereka yang tinggi jika tidak diterangkan dengan baik oleh orang tua mereka akan mencari tahu sendiri karena akses informasi sekarang ini sangat mudah dan cepat.
Dengan internet akan menghubungkan ke berbagai informasi dengan cepat, mudah, bermanfaat, merusak, berguna, sampah, apapun yang dikendaki informasi bisa didapat tanpa saringan. Apalagi jika pemakaian internet tidak diawasi oleh orang tua.
Yang tadinya hanya mencari penyebab mereka diharuskan menutup mata saat menonton dan ada adegan yang bukan untuk konsumsi anak-anak malah bisa merambat kemana-mana.
Yang sering menjadi tabu adalah orang tua menyangka bahwa sex education terkesan mengajarkan sesuatu yang vulgar, mesum, atau jorok. Padahal sex education tidak melulu masalah hubunga sexual. Bagaimana mereka mempelajari perbedaan gender, menangani apa yang akan mereka hadapi seperti ciri memasuki gerbang baligh itu kalau perempuan haid sedangkan laki-laki mimpi basah, apa yang harus dilakukan saat mengalaminya sehingga mereka tidak panik. Bagaimana dan akibat jika melakukan pergaulan bebas, dan informasi lain berkaitan dengan itu.
Tentang sex education sudah banyak dibahas para ahli yang berkompeten, tinggal para orang tua mau mempelajarinya. Sehingga bisa memberikan pelajaran bagi anak-anaknya.
Memang sebagai orang tua harus mau juga menerima pertanyaan yang membuat loading beberapa saat jika anak bertanya yang mengagetkan menurut versi orang tua seperti bagaimana seorang anak bisa ada.
Buat saya bukan hal yang tabu jika tidak bisa menjawab pertanyaan anak, bukan karena tidak tahu tetapi merangkai kalimat penjelasan yang bisa diterima anak itu bukan satu hal yang mudah. Tanpa menghakimi, tanpa melecehkan pertanyaan anak tetapi bisa memberikan penjelasan yang mencerahkan sehingga anak mengerti apa yang ditanyakan. Biasanya saya meminta waktu.dan saya bilang saya mencari jawabannya terlebih dulu.
Jika anak mengerti sex education dasar bisa menghindarkan anak berlaku salah, mencari informasi yang salah walaupun kemungkinan melakukan hal kearah yang salah tetap saja besar. Tinggal penjagaan keluarga dan orang tua membentengi mereka agar bisa memilih mana yang baik dan sudah waktunya dikonsumsi dan dilakukan dengan tidak baik dan belum waktu dikonsumsi dan dilakukan.
Menjadi sahabat yang dipercaya dan bisa menjadi tempat bertanya bahkan untuk hal paling tabu (dulu) harus mau dilakukan orang tua zaman sekarang agar anak tidak mencari ke tempat dan orang yang salah.
Walau begitu, "Tutup mata !" lalu mengintip disela jari masih berlaku dan dilakukan  anak saya, hehehe.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Sabtu 12 Januari 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI