Mohon tunggu...
KARINA PUTRI YUDISTIO
KARINA PUTRI YUDISTIO Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Airlangga yang tertarik dengan hal-hal yang sedang trending.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Body Positivity Gen Z: Antara Merdeka dari Standar Kecantikan atau Terjebak Toxic Positivity?

30 September 2025   21:50 Diperbarui: 30 September 2025   21:46 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah nggak sih kamu buka Instagram, dan melihat foto teman atau artis dengan tubuh yang "sempurna", lalu tiba-tiba kamu merasa jadi nggak pede? Nah, perempuan Gen Z tumbuh dalam dunia digital yang penuh standar kecantikan instan. Tapi menariknya, mereka juga generasi yang berani melawan standar itu melalui gerakan body positivity. 

Apa Itu Body Positivity?

Body positivity adalah gerakan yang mengajak semua orang---terutama perempuan---untuk menerima dan mencintai tubuhnya apa adanya. Tanpa peduli gendut, kurus, berjerawat, punya stretch mark, atau kulit yang tidak putih. Semua tubuh berharga.

Riset dari Journal of Adolescent Health menunjukkan, paparan konten body positivity bisa bikin perempuan muda lebih percaya diri dan lebih puas dengan tubuhnya. Jadi, nggak heran kalau hashtag seperti #LoveYourBody dan #BodyPositivity booming banget di berbagai platform seperti TikTok dan Instagram.

Sisi Lain: Toxic Positivity

Tapi, di balik semangat yang positif, ada pula sisi gelapnya. Fenomena ini kadang berubah jadi toxic positivity. Maksudnya, semua hal dianggap harus diterima tanpa kritik---termasuk pola hidup yang jelas-jelas berisiko untuk kesehatan.
Jadi, apakah menerima diri artinya kita boleh mengabaikan kesehatan? Pertanyaan inilah yang yang sering kali muncul tentang body positivity.

Lahirnya Body Neutrality

Untuk menyeimbangkan, muncullah konsep body neutrality. Beda tipis dengan body positivity, tapi lebih realistis. Fokusnya bukan pada "Aku harus cinta tubuhku setiap saat" "Aku harus cinta tubuhkan apa adanya", tetapi lebih ke:

"Tubuhku mungkin nggak selalu kelihatan sempurna, tapi yang penting sehat, kuat, dan bisa melakukan banyak hal."

Buat perempuan Gen Z, ini menjadi jalan tengah yang lebih sehat antara mencintai diri dan tetap menjaga kesehatan fisik.

Media Sosial: Friends or Enemy?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun