Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Jurnal, Waltz, dan Perbukitan Manchuria

26 November 2020   11:24 Diperbarui: 26 November 2020   12:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Warfare History Network

+++

[Lirik lagu On the Hills of Manchuria, yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia]

Di kabut pagi, sebuah terompet telah membunyikan signal.

Pada pagi yang dingin dan berkabut, Viktor dan kamerad-kameradnya sedang berbaris di lapangan, mengumpulkan mental dan keberanian untuk pertempuran yang akan datang tak lama nanti. 

Ia sudah siap, jika takdir bekerjasama dengan kematian memanggilnya. Ia sudah siap, jika ia tidak mati- namun kawan-kawan seperjuangannya yang hilang nyawa, dan ia ditinggal sendiri. Ia sudah siap menghadapi pertempuran besar ini.

Tangannya yang bergetar menepis butiran salju yang mendarat di senapannya. Suasananya terkesan damai, jika ia lengah, ia bisa saja terlena dan tidak was-was; namun senjata di tangannya dan sepatu boots yang ia kenakan mengingatkannya pada realita. 

Ia bisa mendengar Igor berbicara sendiri, "Kita akan menang. Rusia akan menang." Viktor bisa merasakan dadanya menggelitik sedikit- menggelitik dengan ketegangan- karena ia harus menghadapi situasi seperti ini lagi; sebuah situasi yang ia tidak terlalu ingin hadapi. 

Tapi apa masalahnya kembali ke situasi ini? Lagipula kalau ia mati pun tidak apa, kemenangan Rusia lebih penting. Jepang mungkin brutal dalam penyerangan, namun senjata dan pasukan mereka tidak sebanyak, tidak secanggih, dan tidak sehebat Rusia. Jepang dengan katana, Rusia dengan senapan canggih. 

Mereka tidak tahu siapa yang mereka lawan. Pikiran tentang Jepang pun mengingatkan Viktor kepada ketiga kawannya itu, terutama Akari. Ia melihat gelang pemberian gadis itu dengan rasa sedih, namun gelang itu berhasil memotivasinya untuk optimis bahwa ia akan hidup dan menang.

Pikirannya tentang Akari, perang, dan gelang itu terpecah oleh suara terompet yang dibunyikan kawannya. Terompet yang menandakan mulainya pertempuran. Terompet yang memaksanya untuk maju dan berjuang.

Kedamaian yang lembut di bukit-bukit yang tertidur
Terpecah karena pawai pertempuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun